Bermarwah Karena Umat, Lemah Karena Rais 'Aam
![Bermarwah Karena Umat, Lemah Karena Rais 'Aam](https://rakyatcirebon.disway.id/upload/8f74390d7003b60320ab735654164512.jpg)
BERI SOROTAN. Pimpinan Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon, KH Imam Jazuli menyoroti pernyataan KH Miftachul Akhyar. FOTO : DOC/RAKYAT CIREBON--
RAKYATCIREBON.ID, CIREBON - Pidato Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dalam peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-102 Nahdlatul Ulama (NU) menuai kontroversi. Salah satu pernyataan yang disampaikan di hadapan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, serta sejumlah tokoh penting lainnya, dinilai tidak sesuai dengan semangat perjuangan organisasi.
BACA JUGA:Gerindra Targetkan Prabowo Dua Periode
Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon, KH Imam Jazuli Lc MA dalam opininya yang bertajuk Bermarwah Karena Umat, Lemah Karena Rais 'Aam, menyoroti pernyataan KH Miftachul Akhyar yang secara terang-terangan menitipkan Bendahara Umum PBNU, Gudfan Arif Ghofur, kepada Presiden.
“Berikan pintu kepada beliau, beserta kuncinya sekalian,” ujar KH Miftachul Akhyar dalam pidatonya.
BACA JUGA:PKB Pastikan, Bukan Oposisi Pemerintah
Menurut KH Imam Jazuli, pidato tersebut tidak mencerminkan nilai-nilai perjuangan NU yang diwariskan oleh para pendiri, seperti Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Hasbullah, dan KH Bisri Syansuri. Ketiganya dikenal merintis trilogi kebangsaan NU yang mencakup aspek kepemudaan, perekonomian, dan keilmuan.
“Seharusnya pidato dalam momentum penting seperti ini meneguhkan kembali semangat perjuangan NU sebagai pelayan umat dan penjaga moral bangsa, bukan justru terjebak dalam urusan teknis pragmatis,” tegas Imam Jazuli.
BACA JUGA:DPRD Umumkan Penetapan Pasangan Bupati dan Wakil Bupati Terpilih Periode 2025-2030
Wakil Ketua PP Rabithah Ma'ahid Islamiyah itu juga menilai bahwa NU saat ini menghadapi krisis idealisme. Semangat kemandirian ekonomi yang pernah digagas melalui Nahdlatut Tujjar pada 1918, menurutnya, semakin pudar. Sebaliknya, tren mengandalkan bantuan kekuasaan justru semakin menguat di kalangan elite organisasi.
“NU dulu tangan di atas, melayani kaum mustad’afin. Sekarang malah terlihat seperti bagian dari kelompok yang menggantungkan diri pada kekuasaan,” ujarnya.
BACA JUGA:KPU Kabupaten Cirebon Tetapkan Bupati dan Wakil Bupati Terpilih
Selain itu, Alumnus Universitas Ala-Azhar Mesir itu juga mengkritik para cendekiawan NU yang dinilai lebih sibuk melegitimasi praktik politik uang dan eksploitasi alam daripada menyuarakan perjuangan rakyat kecil. “Apa yang tersisa dari NU hari ini adalah memori tanpa ingatan,” katanya.
Ia mengingatkan bahwa PBNU perlu kembali pada prinsip pelayanan kepada umat dan kaum mustad’afin. “Tidak ada yang salah dengan berinteraksi dengan kekuasaan, tetapi itu harus dilakukan dengan menjaga marwah dan wibawa organisasi,” katanya.
BACA JUGA:Imron Minta Wakil Bupatinya Tetap Kompak Sampai Akhir Masa Jabatan
Dalam penutup opininya, KH Imam Jazuli menyerukan perlunya agenda besar untuk mengembalikan NU ke jalur perjuangan yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang diwariskan para pendirinya.
Pengurus PBNU 2010-2015 itu pun mengutip pernyataan yang disampaikan Prof Mahfud MD bahwa "Istana memang memukau, bahkan bagi yang tak siap, malaikat pun berubah identitas". Karena itu, dalam krisis multidimensi kata KH Imam Jazuli, kita seperti kehilangan keteladanan.
"Pemimpin yang berjiwa malaikat. Ini yang menjadi agenda besar warga NU dimasa mendatang," tukasnya. (zen)
Sumber: