CIREBON - Yuningsih, warga Desa Jatiseeng Kidul, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon kehilangan satu bayi kembarnya, lantaran diduga adanya kesalahan diagnosa yang dilakukan oleh bidan, Rabu (23/08).
Selama mengandung, Yuningsih tidak mengetahui bahwa jabang bayi di dalam kandungannya kembar. Hal itu diketahui ketika ia melakukan persalinan pada Sabtu (19/8) kemarin.
Saat itu, Yuningsih melakukan persalinan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Ciledug. Namun ketika proses persalinan, bayi kembar yang berada di dalam janin Yuningsih tidak terdeteksi oleh petugas Puskesmas. Hanya satu bayi yang dilahirkan dengan berat badan 7 ons.
Setelah itu, sebenarnya petugas tahu bahwa di dalam janin masih ada satu gumpalan daging. Petugas mengira itu adalah Kista, dan selang 3 menit melahirkan satu bayi, dengan sendirinya gumpalan daging yang dikira Kista itu keluar.
Petugas pun merasa kaget, bahwa ternyata gumpalan daging itu adalah seorang bayi, yang diperkirakan sudah meninggal lama di dalam janin sang ibu, sampai tubuh bayi tersebut menghitam.
\"Saya kaget, tahu-tahu petugas bilang ini kembar. Lalu saya disuruh mencari ambulans, untuk merujuk istri ke rumah sakit,\" terang Suganda, suami Yuningsih.
Ironisnya, bayi Yuningsih yang selamat dan butuh perawatan medis lebih lanjut, malah dirujuk ke rumah sakit yang lokasinya sangat jauh dari kediamannya. Yakni, Rumah Sakit Arjawinangun. Lantaran Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Waled yang notabene lebih dekat lokasinya tidak bisa menampung, dengan dalih ruangan penuh.
\"Datang kesini pasien tinggal brojol (melahirkan, red) saja. Kemungkinan 3 harian meninggal di dalam perut. Kami sudah melakukan sesuai SOP. Kenapa dirujuk ke RS Arjawinangun, karena saat kita pesan melalui call center ruang NICU di RSUD Waled penuh,\" ungkap Listia Rosmawati, Penanggungjawab Poned Ciledug, saat dikonfirmasi.
Sementara itu, Adang Juhandi tokoh dari WTC mengecam keras terhadap sikap dari RSUD Waled. Hal itu dinilainya sebagai kelalaian pihak rumahsakit. Karena tidak sepatutnya melakukan tindakan demikian kepada masyarakat yang berasal dari wilayah timur itu sendiri.
“Kami sangat merasa prihatin atas kejadian ini, bagaimana tidak, di RSUD ini penuh, lebih parahnya pasien diminta dirujuk ke Arjawinangun. Dari Jatiseeng dirujuk ke Arjawinangun, kan keterlaluan. Terus buat apa kedudukan RSUD yang berada di wilayah timur, kalau masih menolak pasien dari masyarakat wilayah timurnya itu sendiri,”pungkasnya. (zen)