CIREBON – Debit air yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Cirebon perlu ditambah. Pasalnya, debit air yang ada saat ini sudah pas-pasan dengan kebutuhan. Kondisi itu justru terkadang menimbulkan kekurangan air di beberapa wilayah tertentu.
Perlunya penambahan debit air juga terlihat di sumur utama milik PDAM di Cipaniis Kabupaten Kuningan. Air di sana secara fluktuasi, tingkat ketinggian air dalam sumur itu berada pada level yang terbilang rendah.
Hal itu diketahui ketika Komisi II DPRD Kota Cirebon melakukan kunjungan kerja bersama direksi dan dewan pengawas PDAM, kemarin, ke reservoir di Plangon Sumber dan Cipaniis Kuningan.
“Ketika di reservoir Plangon debitnya meningkat, tapi di sumur utama Cipaniis justru airnya kurang atau berada pada level 14 padahal idealnya di level 17. Maka perlu penambahan debit air, agar lebih posisi air lebih tinggi dari lubang saluran pipa utama. Sehingga tidak ada angin atau tekanannya normal,” ungkap Ketua Komisi II DPRD, Ir H Watid Sahriar MBA.
Ia menambahkan, penambahan debit air menjadi salah satu solusi agar stabilitas ketersediaan air di sumur utama PDAM Cipaniis selalu berada pada level tinggi. Misalnya dengan penambahan mata air atau dengan pengolahan air sungai.
“Solusinya mungkin penambahan debit. Bisa saja dengan air permukaan atau pengolahan air sungai, penambahan mata air, maupun langkah lainnya. Yang penting mutu baku airnya baik,” jelasnya.
Penambahan debit air juga, sambung Watid, untuk memaksimalkan fungsi pada reservoir di Kepompongan Talun yang saat ini berkapasitas 2.000 m3 dan akan diperbesar menjadi berkapasitas 9.000 m3.
“Apalagi kalau nanti reservoir di Kepompongan dengan kapasitas 9.000 m3 sudah dibangun, ini harus dioptimalkan, agar aliran air ke masyarakat semakin tinggi,” katanya. Sedangkan 2 reservoir di Plangon sendiri berkapasitas masing-masing 500 m3.
Sementara itu, Direktur Utama PDAM Kota Cirebon, Sopyan Satari SE MM mengaku, pihaknya juga berpendapat sama, yaitu dibutuhkan penambahan debit air.
“Karena sekarang saja sudah terjadi keseimbangan antara permintaan dan ketersediaan air, maka terkadang ada yang tidak kebagian air, misalnya karena wilayahnya tingkat elevasinya tinggi,” ungkapnya.
Pria yang akrab disapa Opang itu menambahkan, pihaknya memang berpeluang untuk melakukan penambahan debit air yang dikelola dan didistribusikan ke masyarakat pelanggan. Misalnya dengan program Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) regional dari waduk Jatigede.
“Untuk Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Sumedang. Itu berdasarkan keppres, akan diresmikan di Kota Cirebon. Kita dapat 500 m3 per detik bentuknya air curah, artinya bisa langsung dipakai. Nanti dialirkan melalui reservoir di Kepompongan,” jelas Opang.
Program SPAM regional dari waduk Jatigede itu, kata Opang, diproyeksikan bisa mengaliri sekitar 11.000 pelanggan baru nantinya. Diharapkan pada 2019 mendatang, program itu sudah bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. “Kita berharap 2019 sudah beres,” katanya.
Selain itu, masih kata Opang, penambahan debit air bisa juga dilakukan menggunakan program SPAM regional Cikuningayu. Rencananya, penambahan debit air bisa dilakukan dengan mengambil dari mata air baru, selain Cipaniis. Di Kuningan sendiri, diklaim terdapat 70 sumber mata air yang bisa dimanfaatkan.
“Antara Pemkot Cirebon dan Pemkab Kuningan sudah ada MoU untuk pemanfaatan mata air itu, tinggal disepakati saja dari 70 itu mata air mana yang akan dimanfaatkan. Sekarang tinggal menunggu Pemkab Kuningan untuk mendapatkan izin dari TNGC (Taman Nasional Gunung Ciremai, red),” katanya. (jri)