Ribuan Warga Rela Berdesakan di Depan Pintu Makam Sunan Gunungjati

Senin 03-07-2017,06:00 WIB

CIREBON – Ribuan warga dari berbagai daerah ikut dalam prosesi Grebeg Syawal di makam Sunan Gunungjati, Minggu (2/7). Bahkan, warga rela berdesakan, demi menyaksikan dibukanya pintu masuk menuju makam Sunan Gunungjati. Apalagi, pada acara tersebut Sultan Kanoman XII PR Moch Emirudin, berziarah ke makam leluhurnya. 
Warga berdesakan di makam Sunan Gunungjati. Foto: Kim/Rakyat Cirebon
Sultan beserta rombongan tiba di Astana Gunung Sembung, pada sekitar pukul 07.00 WIB. Kemudian, Sultan memasuki Kori Gapura alun-alun dan Kori Krapyak. Kedua Kori tersebut, merupakan pintu gerbang dari pintu-pintu yang akan dilalui Sultan beserta segenap keluarga dan kerabat, untuk memasuki pintu ke-8 dan pintu ke-9 makam Sunan Gunungjati.

Kemudian rombongan Sultan melewati Lawang Pitu (tujuh pintu) menuju Sapta Rengga (ruangan dalam makam Syekh Sunan Gunung Jati) yang berada di puncak bukit Gunung Sembung.

Tujuh pintu yang dilewati Sultan adalah yaitu Lawang Pasujudan, Ratna Komala, Jinem, Rararoga, Kaca, Bacem dan Teratai. Pintu-pintu itu, secara khusus hanya bisa dilewati Gusti Sultan dan keluarga. Pada hari lain, dibuka ketika Grebeg Syawal, Grebeg Ageng dan pada saat Gusti Sultan atau keluarga berziarah.

Saat tiba di Sapta Rengga, Sultan segenap keluarga dan kerabat dekat keraton, melakukan tahlil, dzikir serta berdoa di makam-makam leluhur. 

Diawalii dari makam Kanjeng Sunan Sunan Gunung Jati yang berdampingan dengan makam Ibundanya (Ratu Mas Rarasantang) dan makam para leluhur yang selama ini dikenal sebagai tokoh Cirebon. Seperti makam Pangeran Cakrabuana (Kakak Ratu Mas Rarasantang), Fatahillah (menantu Kanjeng Sunan), Pangeran Pasarean (Putera Mahkota Kanjeng Sunan), Pangeran Dipati Carbon, Pangeran Brata Kelana.

Kemudian, Pangeran Panjunan (Sayid Abdurrahman), Pangeran Kejaksan (Sayid Syarifuddin), Nyi Mas Pakungwati, Puteri Ong Tien Nio dan tokoh-tokoh Cirebon lainnya.

Juru Bicara Keraton Kanoman Cirebon, Ratu Raja Arimbi Nurtina mengatakan, bahwa tradisi Grebeg Syawal merupakan tradisi yang dilakukan rutin setiap tahun. \"Tradisi ini juga, menjadi prosesi ritual Keraton Kanoman Cirebon,\" kata dia.

Dikatakanya, prosesi ritual Keraton ini, esensinya melakukan ziarah kubur Sultan Kanoman yang diiringi segenap keluarga maupun kerabat dekat Keraton. 

\"Prosesi ritual yang ditahbiskan dalam bentuk “pengakuan” terhadap silsilah para leluhur. Dan “perhelatan” yang berisi doa-doa kepada para raja yang telah wafat sebagai pendahulu keraton,\" katanya.

Sultan juga, kata Ratu Arimbi, secara berurutan melanjutkan tahlil, dzikir dan berdoa di makam Panembahan Ratu I (cicit Kanjeng Sunan) dan makam Sultan-Sultan Keraton cirebon. 

\"Kemudian, Sultan dengan diikuti keluarga serta rombongan peziarah, keluar dari Mergu. Mergu adalah lokasi pemakaman yang biasa digunakan warga Tionghoa berziarah dan berdoa sebagai bagian dari penghormatan terhadap Puteri Ong Tien Nio,\" katanya.

Grebeg Syawal yang berlangsung setiap tahun ini, kata dia, dimaksudkan sebagai rasa syukur dikarunia Allah SWT dapat melaksanakan ibadah puasa selama bulan ramadhan dan puasa sunah 6 hari (puasa syawalan). 

\"Prosesi ritual ini juga, dijadikan media silaturahmi dan mengukuhkan ukhuwah Islamiyah antara Sultan dengan masyarakat luas yang berziarah di makam Kanjeng Sunan Gunung Jati,\" katanya. (kim)
Tags :
Kategori :

Terkait