SEBELUMNYA rekan saya, Pai Supardi dari Rakyat Cirebon yang melakukan umrah dan menulis perjalanan umrahnya, kini giliran saya yang menggantikannya. Insha Allah saya akan berada di tanah suci hingga Idul Fitri nanti.
Pengalaman berbuka puasa dan juga saalat tarawih di atas awan atau lebih tepatnya di dalam pesawat pertama kali bagi saya dan cukup berkesan. Meskipun tidak salat dalam gerakan normal seperti biasanya orang layaknya salat, tetap salat wajib dan tarawih yang dilaksanakan tidak mengurangi kekhusuannya dalam salat.
Ketika itu pesawat yang ditumpangi saya dan rombongan jama\'ah umrh Salam Tour Cirebon take off dari Bandara Soekarno Hatta agak delay sekitar pukul 16.25 dari jadwal sebenarnya pukul 16.00 WIB.
Meski kami masih dalam pesawat dan belum sampai Arab Saudi, mungkin baru 20 persen perjalanan, namun kami sudah diinfokan oleh pramugari bahwa untuk jadwal berbuka puasa dan saalat maghrib itu adalah jam setengah 10 malam waktu Indonesia bagian barat. Artinya kami tentunya harus menahan untuk tidak berbuka puasa lebih lama sekitar 4 jam, meskipun kami masih dalam berada di pesawat.
Bagi jama\'ah yang baru pertama kali mengalami berbuka puasa di pesawat dengan tujuan negara timur tengah mungkin merasa kaget, termasuk saya. Dan memang ketika adzan maghrib itu tepatnya kami sudah berada di langit negara Sri Lanka, dan langit masih sangat terang meski telah pukul setengah 10 malam waktu Indonesia.
Dengan izin Allah, akhirnya kami beserta rombongan bisa berbuka puasa bersama di dalam pesawat. Para pramugari pesawat yang kami tumpangi sudah sangat paham hampir semua penumpang pesawat sedang melaksanakan ibadah puasa. Para kru pesawat langsung memberikan minuman dan takjil berupa kurma untuk membatalkan puasa kami.
Selang beberapa menit, kru pesawatpun memberikan makanan untuk kami berbuka puasa. Meski makanan terbatas, Alhamdulillah bisa menghilangkan rasa lapar kami.
Tidak hanya berbuka puasa di dalam pesawat, kami juga melaksanakan salat wajib, mulai dari salat Maghrib, dan Isya. Bahkan ada juga jama\'ah yang melaksanakan salat tarawih. Ada juga yang mengutamakan salat wajib dahulu, lalu salat tarawih dilaksanakan ketika sudah sampai di Madinah.
Salat di dalam pesawat memang berbeda dengan kita melaksanakan di tempat umum lainnya. Bahkan untuk wudhu karena keterbatasan air, sehingga mayoritas jama\'ah hanya melakukan tayamum. Begitupun dengan gerakan salat, dilakukan dengan cara duduk pada bangku pesawat.
Untuk pesawat yang kami tumpangi yaitu Saudia Airlines ada musala kecil. Tidak akan bisa menampung semua peserta yang jumlahnya hingga ratusan.
Pembimbing Jama\'ah Salam Tour yang ikut mendampingi kami, Ustadz Tarim mengungkapkan memang ketika dalam kondisi apapun, ketika waktu berbuka puasa maka wajib untuk segera dibatalkan.
\"Termasuk di pesawat, ketika waktu berbuka puasa, maka kita harus segerakan berbuka. Dan berbuka di pesawat ini memang sering dilakukan jama\'ah Salam Tour ketika sudah memasuki waktu berbuka puasa saat masih dalam perjalanan di pesawat,\" ujarnya.
Ustad Tarim mengungkapkan sama halnya dengan salat, tidak boleh ditinggalkan meskipun kita berada di perjalanan.
\"Khusus salat wajib itu kita tidak boleh tinggalkan. Karena ini dalam perjalanan di pesawat, maka jama\'ah melaksanakan salat, terutama utamakan salat wajib. Misal kalau mau salat tarawih di pesawat ataupun di hotel ya tidak mengapa,\"ujarnya.(deny)