Matahari di Mekkah belum muncul sempurna. Tapi kilauan cahaya merahnya sudah menggantung di ufuk kota suci itu. Derai tangis jamaah umrah Salam Tour pecah mengusik pagi.
Tangisan mereka semakin kencang terdengar terutama saat melakukan tawaf Wada atau tawaf perpisahan.
Perjalanan umrah ini telah memikat hati kami. Banyak kenangan dan keindahan. Namun seperti peribahasa, sejauh-jauhnya burung terbang pasti akan kembali ke sarangnya.
Begitu juga dengan kami, meski senang beribadah di dua kota suci itu selama Ramadan, kami tetap harus pulang.
Pertemuan dan perisahan merupakan suatu hukum alam yang pasti terjadi betapapun beratnya kita untuk berpisah. Sebuah harapan terpateri dalam diri dan hati jamaah, yakni berharap bisa kembali ke Mekah dan Madinah.
Selama rangkaian ibadah umrah banyak hikmah dan pelajaran berharga terutama mengenai kesabaran, kebersamaan, kekeluargaan, dan ketaqwaan. Teima Kasih kepada Rakyat Cirebon, Radar Cirebon dan Salam Tour, yang telah memberikan kesempatan kepada saya ikut dalam kegiatan ibadah umrah di bulan Ramadan ini.
Kami, dari 35 jemaah, cuma 23 orang yang pulang lebih awal. Sementara 15 jemaah lainnya akan pulang di akhir Ramadan.
Meski sedih, namun hari ini merupakan hari yang sangat membahagiakan, karena meski harus desak-desakan.
Bahkan, kena sikut dan tendang serta tergencet tubuh tinggi besar dari Afrika, saya bisa tetap tersenyum karena bisa salat sunah 4 rakaat di Hijir Ismail.
Salah satu tempat yang diinginkan oleh miliaran umat muslim di dunia karena dianggap tempat berdoa yang paling mustajab. (pai)