KESAMBI – Februari ini, Swiss Café merilis menu barunya bernama sop buntut bakar. Menu berbahan dasar buntut sapi segar yang memanjakan lidah penikmanya.
Chef Incharge Swiss Café, Sulaiman mengatakan, salah satu keunggulan sop buntut bakar racikanya adalah rasanya yang lebih gurih. Lazimnya, daging sop buntut hanya dimasak dengan teknik perebusan.
“Nah untuk pembuatannya dibuat seperti sop terlib dahulu tapi nanti juga dibakar lagi supaya lebih gurih,” ungkap Sulaiman, kepada Rakyat Cirebon, kemarin.
Menurutnya, teknik pemasakan yang berbeda dari sop buntut pada umumnya merupakan salah satu kunci kelezatan kuliner yang satu ini. Pembakaran buntut sapi juga bertujuan agar bumbu bisa merasap sempurna pada daging.
“Biasanya, sop buntut dijadikan sop kuahnya tetep ada tapi terpisah. Bumbu kecapnya spesial ada racikannya lagi yang bikin spesial. Dibuat sop dulu terus dibakar nanti ada bumbu kecap lagi biar rasanya lebih nendang,” jelasnya.
Meski dibakar, kata dia, buntut sapi tetap lembut dan tidak menempel pada tulang. Saat disantap, pengunjung café yang ingin menikmati kudapan yang satu ini bisa dengan mudah untuk memakannya.
“Dagingnya tetap lembut karena proses pemasakannya juga lebih lama, jadi walaupun dibakar tidak keras saat digigit,” katanya.
Ia menjelaskan, sop buntut bakar bisa dinikmat pengunjung café hanya dengan kocek Rp65 ribu. Satu porsi sop buntut bakar sudah termasuk kuah sop yang disajikan terpisah, nasi serta lalapan.
“Sop buntut bakar terdiri dari sop, daging 100 gram, sayuran, bumbu kecap, nasi dan krupuk,” ujarnya.
Selain sop buntut goreng, kata dia, Swiss café juga menghadirkan varian minuman baru yakni mango honey lychee. Minuman berbahan dasar buah mangga asli itu sangat cocok menjadi teman saat menyantap sop buntut bakar.
“Biar lebih fresh, minuman tersebut ditambahkan madu yang juga berkhasiat penyeimbangnya lemak,” tutupnya. (wan/mgg)
Chef Incharge Swiss Café, Sulaiman mengatakan, salah satu keunggulan sop buntut bakar racikanya adalah rasanya yang lebih gurih. Lazimnya, daging sop buntut hanya dimasak dengan teknik perebusan.
“Nah untuk pembuatannya dibuat seperti sop terlib dahulu tapi nanti juga dibakar lagi supaya lebih gurih,” ungkap Sulaiman, kepada Rakyat Cirebon, kemarin.
Menurutnya, teknik pemasakan yang berbeda dari sop buntut pada umumnya merupakan salah satu kunci kelezatan kuliner yang satu ini. Pembakaran buntut sapi juga bertujuan agar bumbu bisa merasap sempurna pada daging.
“Biasanya, sop buntut dijadikan sop kuahnya tetep ada tapi terpisah. Bumbu kecapnya spesial ada racikannya lagi yang bikin spesial. Dibuat sop dulu terus dibakar nanti ada bumbu kecap lagi biar rasanya lebih nendang,” jelasnya.
Meski dibakar, kata dia, buntut sapi tetap lembut dan tidak menempel pada tulang. Saat disantap, pengunjung café yang ingin menikmati kudapan yang satu ini bisa dengan mudah untuk memakannya.
“Dagingnya tetap lembut karena proses pemasakannya juga lebih lama, jadi walaupun dibakar tidak keras saat digigit,” katanya.
Ia menjelaskan, sop buntut bakar bisa dinikmat pengunjung café hanya dengan kocek Rp65 ribu. Satu porsi sop buntut bakar sudah termasuk kuah sop yang disajikan terpisah, nasi serta lalapan.
“Sop buntut bakar terdiri dari sop, daging 100 gram, sayuran, bumbu kecap, nasi dan krupuk,” ujarnya.
Selain sop buntut goreng, kata dia, Swiss café juga menghadirkan varian minuman baru yakni mango honey lychee. Minuman berbahan dasar buah mangga asli itu sangat cocok menjadi teman saat menyantap sop buntut bakar.
“Biar lebih fresh, minuman tersebut ditambahkan madu yang juga berkhasiat penyeimbangnya lemak,” tutupnya. (wan/mgg)