Dibentuk jadi Furniture yang Bernilai Seni dan Ekonomis
CIREBON – Berawal dari iseng, dua orang pemuda di Cirebon berhasil membuat inovasi dari bahan drum bekas menjadi furniture bernilai ekonomi tinggi. Drum bekas yang didapatkan dari sejumlah perusahaan disulap menjadi kursi, sofa hingga kandang hewan peliharaan.
Ialah Febriyanto Sompie dan Naufal Simanjuntak, dua orang yang sebelumnya punya pekerjaan tetap masing-masing, memutuskan untuk mundur dari perusahaan dan memulai bisnis drum bekas.
Dari iseng-iseng mengolah drum bekas milik salah seorang teman, dua orang ini berinovasi membuatnya menjadi kursi drum. Setelah jadi, tak disangka, mendapat respon yang positif dari orang sekitar, bahkan ada yang berani bayar dengan harga lumayan.
“Awanya iseng lagi pegang gerinda, terus tidak sengaja ada tong dari perajin rotan, dibuat jadi kursi kemudian banyak yang nanya. Sofa awal yang dibikin dibeli sama orang Jakarta, nyari yang ready stok katanya,” ungkapnya Naufal, kepada Rakcer, kemarin.
Dari situ, kata dia, motivasi semakin tinggi untuk memproduksi lebih banyak furniture dari drum. Kini keduanya sudah punya Galeri Umah Tong sebagai markas produksi sekaligus brand furniture dari drum bekas buatannya.
Ia mengungkapkan, selain ramah lingkungan karena mendaur ulang bahan bekas, tak disangka, furniture dari drum bekas memiliki prospek bisnis yang menjanjikan. Keunggulanya, lebih awet dan tahan lama.
Selain itu, kata dia, keunikan lainnya ialah bentuk drum yang tidak dihilangkan. Meski diolah menjadi banyak jenis furniture, bentuk drum masih jelas terlihat. Hal inilah yang membuat furniture drum bekas banyak diminati pasar.
“Modelnya sudah banyak dibuat kursi, sofa, meja, kandang anjing, kandang kucing, tempat bakar ikan, westafel, lemari, rak buku. Semuanya dikerjakan sesuai dengan pemesanan,” tutur Naufal.
Senada dengan Naufal, Febriyanto Sompie menjelaskan, dari segi bisnis, furniture drum bekas terbilang menjanjikan. Saat ini kebanyakan permintaan berasal dari kafe-kafe yang ingin dekorasinya berbeda dari tempat lain.
Febri menjelaskan, selain membidik pasar Cirebon, juga luar daerah dan lintas pulau. Beberapa daerah di Pulau Sumatera hingga Bali pernah dikirimi furniture drum bekas buatannya.
Bahkan, permintaan dari ke mancanegara pun sudah mulai dilayaninya. “Sebagian besar konsumen berasal dari Jabotabek,” jelasnya.
Soal harga, kata dia, produk furniture drum bekas buatan Galeri Umah Tong dijual mulai dari Rp350 ribu hingga Rp2 juta. Soal keawetan, tidak diragukan lagi.
Bahan utama drum bekas dengan ketebalan 0.8 mm berpadu dengan bahan baku lainnya yang juga berkualitas tinggi terbukti awet dan tahan lama dibanding produk furniture berbahan dasar kayu atau kain.
Saking uniknya, dalam berbagai kesempatan furniture drum bekas dari Galeri Umah Tong kerap diikutkan untuk mengisi pameran, festival dan bazaar UMKM kebanggaan Cirebon.
Ke depan, keduanya ingin mengembangkan mobil drum yang digerakan mesin motor. Tujuannya, agar wisatawan yang berkunjung ke Galeri Umah Tong bisa merasakan manfaat dari olahan barang bekas.
“Selain itu, kami juga berharap produk bisa diterima pasar ekspor. Karena di luar negeri juga sudah banyak permintaan,” tutup Febri. (wan/mgg)
CIREBON – Berawal dari iseng, dua orang pemuda di Cirebon berhasil membuat inovasi dari bahan drum bekas menjadi furniture bernilai ekonomi tinggi. Drum bekas yang didapatkan dari sejumlah perusahaan disulap menjadi kursi, sofa hingga kandang hewan peliharaan.
Ialah Febriyanto Sompie dan Naufal Simanjuntak, dua orang yang sebelumnya punya pekerjaan tetap masing-masing, memutuskan untuk mundur dari perusahaan dan memulai bisnis drum bekas.
Dari iseng-iseng mengolah drum bekas milik salah seorang teman, dua orang ini berinovasi membuatnya menjadi kursi drum. Setelah jadi, tak disangka, mendapat respon yang positif dari orang sekitar, bahkan ada yang berani bayar dengan harga lumayan.
“Awanya iseng lagi pegang gerinda, terus tidak sengaja ada tong dari perajin rotan, dibuat jadi kursi kemudian banyak yang nanya. Sofa awal yang dibikin dibeli sama orang Jakarta, nyari yang ready stok katanya,” ungkapnya Naufal, kepada Rakcer, kemarin.
Dari situ, kata dia, motivasi semakin tinggi untuk memproduksi lebih banyak furniture dari drum. Kini keduanya sudah punya Galeri Umah Tong sebagai markas produksi sekaligus brand furniture dari drum bekas buatannya.
Ia mengungkapkan, selain ramah lingkungan karena mendaur ulang bahan bekas, tak disangka, furniture dari drum bekas memiliki prospek bisnis yang menjanjikan. Keunggulanya, lebih awet dan tahan lama.
Selain itu, kata dia, keunikan lainnya ialah bentuk drum yang tidak dihilangkan. Meski diolah menjadi banyak jenis furniture, bentuk drum masih jelas terlihat. Hal inilah yang membuat furniture drum bekas banyak diminati pasar.
“Modelnya sudah banyak dibuat kursi, sofa, meja, kandang anjing, kandang kucing, tempat bakar ikan, westafel, lemari, rak buku. Semuanya dikerjakan sesuai dengan pemesanan,” tutur Naufal.
Senada dengan Naufal, Febriyanto Sompie menjelaskan, dari segi bisnis, furniture drum bekas terbilang menjanjikan. Saat ini kebanyakan permintaan berasal dari kafe-kafe yang ingin dekorasinya berbeda dari tempat lain.
Febri menjelaskan, selain membidik pasar Cirebon, juga luar daerah dan lintas pulau. Beberapa daerah di Pulau Sumatera hingga Bali pernah dikirimi furniture drum bekas buatannya.
Bahkan, permintaan dari ke mancanegara pun sudah mulai dilayaninya. “Sebagian besar konsumen berasal dari Jabotabek,” jelasnya.
Soal harga, kata dia, produk furniture drum bekas buatan Galeri Umah Tong dijual mulai dari Rp350 ribu hingga Rp2 juta. Soal keawetan, tidak diragukan lagi.
Bahan utama drum bekas dengan ketebalan 0.8 mm berpadu dengan bahan baku lainnya yang juga berkualitas tinggi terbukti awet dan tahan lama dibanding produk furniture berbahan dasar kayu atau kain.
Saking uniknya, dalam berbagai kesempatan furniture drum bekas dari Galeri Umah Tong kerap diikutkan untuk mengisi pameran, festival dan bazaar UMKM kebanggaan Cirebon.
Ke depan, keduanya ingin mengembangkan mobil drum yang digerakan mesin motor. Tujuannya, agar wisatawan yang berkunjung ke Galeri Umah Tong bisa merasakan manfaat dari olahan barang bekas.
“Selain itu, kami juga berharap produk bisa diterima pasar ekspor. Karena di luar negeri juga sudah banyak permintaan,” tutup Febri. (wan/mgg)