Santi Asromo Sempat Dibakar Penjajah Belanda

Santi Asromo Sempat Dibakar Penjajah Belanda

MILAD. Pimpinan, alumni dan santri Pondok Pesantren Mufidah Santi Asromo memperingati ulang tahun ke-90, di Desa Pasirayu Kecamatan Sindang.--

RAKYATCIREBON.ID, MAJALENGKA - Perjalanan panjang berdirinya Pondok Pesantren Santi Asromo di Desa Pasirayu Kecamatan Sindang, sangat berliku. Bahkan saat zaman penjajahan, pondok pesantren tersebut dinilai sebagai basis perjuangan kaum pribumi. Sehingga penjajah Belanda saat itu sempat membakar dan membumihanguskan pondok pesantren yang dibangun pahlawan nasional KH Abdul Halim, 3 April 1932.

Pimpinan Ponpes Santi Asromo KH Asep Zaki SKM MKM yang juga cicit dari KH Abdul Halim menceritakan, awalnya pondok itu didirikan dari gagasan yang tercetus dalam Muktamar Perserikatan Oelama (PO) di Majalengka tahun 1931.

KH Abdul Halim mencetuskan gagasan puncak untuk mendirikan lembaga pendidikan yang menjadikan peserta didiknya mampu mandiri di tengah masyarakat di suatu tempat khusus. Sehingga berdirilah Pondok Pesantren Mufidah santi Asromo.

Pondok itu kata Asep Zaki, sengaja didirikan di lokasi yang cukup sunyi jauh dari akses jalan utama. Kemungkinan banyak pertimbangan yang dilakukan KH Abdul Halim saat itu, salah satunya menghindari ancaman penjajah belanda sekaligus agar kondisi belajar lebih efektif. Sebab dengan kesunyian, maka transformasi ilmu pendidikan yang diberikan pondok akan lebih baik dan tidak terganggu aktivitas lain dari luar.

“Sesuai dengan namanya, Santi itu artinya sunyi dan asromo artinya tempat. Jadi tempat yang sunyi. Kita tentunya bisa membayangkan bagaimana kondisi pesantren ini saat tahun 1932, tentunya masih hutan lebat dan jauh dari mana-mana,” ucap Zaki di sela Milad ke-90 Pondok Santi Asromo akhir pekan lalu.

Pria yang juga tercatat sebagai Kepala Bidang Penanganan Non Medis di RSUD Majalengka ini menjelaskan, sejatinya pondok Santi Asromo sempat dibakar Belanda sampai dua kali. Bahkan kata dia, KH Abdul Halim sempat menjadi target pembunuhan baik oleh penjajah Belanda maupun gerombolan DI TII.

“Berdasarkan sejarah, memang pondok ini sempat dibakar Belanda dua kali, karena dianggap sangat membahayakan posisi penjajah Belanda. Selain itu saat awal awal Kemerdekaan, KH Abdul Halim juga sempat menjadi target pembunuhan DI TII, namun Alhamdulilah beliau selamat dari aksi tersebut,” ucapnya.

Sejak awal didirikan Santi Asromo telah menerapkan metode pembelajaran modern, dan menerapkan konsep kemandirian. Sehingga Santi Asromo merupakan pondok pesantren penggagas pembaharuan pendidikan pesantren, yang juga konsen mencetak generasi mandiri dan menumbuhkan konsep kewirausahaan.

Sementara itu, kegiatan Milad Santi Asromo berjalan sangat meriah dan penuh khidmat. Ribuan alumni maupun santri KH Abdul Halim memadati area pondok pesantren di wilayah Kecamatan Sindang yang diliputi udara sejuk dan hijau.

Bupati Majalengka DR H Karna Sobahi MMPd sendiri mengakui jika saat ini pemerintah Kabupaten Majalengka tengah mempersiapkan Majalengka sebagai kota pendidikan, dengan mengacu pada perjuangan KH Abdul Halim dan Santi Asromo sebagai penggagas lembaga pendidikan di Majalengka.

Kiprah maupun jasa perjuangan KH Abdul Halim dalam mendirikan pendidikan di Majalengka, kata bupati menjadi teladan bagi Kabupaten Majalengka. Sehingga tidak salah jika perjuangan pendidikan KH Abdul Halim dan Santi Asromo sebagai trigger dalam pembentukan Kabupaten Pendidikan di Majalengka. (pai)

Sumber: