Berenang Seberangi Selat Bali, Lari dari Bali Sampai Jakarta
LARI BALI-JAKARTA. Para pelari pada misi Triathlon From Bali to Jakarta; The Rising Tide tiba dan disambut di Mako Pangkalan TNI-AL Cirebon di Kesunean, kemarin.--
Para pelari memasuki komplek Mako Pangkalan TNI-AL Cirebon di daerah Kesunean, Selasa (9/8). Disambut bak pahlawan yang pulang dari peperangan. Ternyata, orang-orang inilah yang rela menyeberangi Selat Bali, lari dari Bali hingga Jakarta membawa misi lingkungan. Ini kisah heroiknya.
RAKYATCIREBON.ID, SIAPA sangka, ternyata mereka adalah pelari yang menempuh jarak 1.293 kilometer, dari Gianyar Bali sampai ke Jakarta. Dengan membawa misi, mengampanyekan sadar dan cinta lingkungan.
Misi lari dengan tajuk Triathlon From Bali to Jakarta; The Rising Tide, dari informasi yang berhasil dihimpun, dilakukan oleh seorang pelari utama, yakni Muryansyah. Seorang warga sipil biasa yang memiliki kekuatan tekad mengampanyekan sadar lingkungan.
Kemudian, perjuangan Muryansyah juga turut diikuti oleh dua anggota TNI-AL, dan satu pelatih yang juga merupakan anggota TNI-AL.
“Pelari utama satu orang, Muryansyah, sekaligus penyelenggara. Didukung langsung Angkatan Laut, didampingi anggota TNI AL dua orang, Leo Zega dan Juliard. Juga ada pelatih pak Susanto, dari AL juga, jadi total ada 4 orang pelari,” jelas Kepala Koordinator Lapangan The Rising Tide, Wahyu Nandar Febriyanto, kemarin.
Misi Triathlon From Bali to Jakarta; The Rising Tide, dikatakan Wahyu, mulai start dari Gianyar, Bali pada tanggal 18 Juli lalu. Dari Gianyar sampai selat Bali dilakukan dengan bersepeda. Kemudian keempatnya menyeberangi Selat Bali dengan berenang. Mereka berenang didampingi pasukan khusus Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI-AL.
“Di Bali kami dilepas oleh Menteri KLHK dan Ketua MPR. Menyeberang Selat Bali dengan jarak 5 KM. Waktu tempuh renang, saat itu sekitar 2 sampai 3 jam. Dari Banyuwangi, Baluran terus ke kota berikutnya sampai di Cirebon. Selalu lewat jalur Pantura. Kita berhenti di setiap pos markas TNI-AL,” tutur Wahyu.
Dengan perjalanan panjang, berlari menempuh jarak 1.293 kilometer, kata Wahyu, Muryansyah dan pelari lain, mengejar target untuk sampai di Monas pada tanggal 17 Agustus mendatang.
“Misi yang dibawa pelari, adalah untuk the rising. Ombak perubahan, menyadarkan masyarakat untuk lebih peduli lingkungan, dampak sampah, dan mau berubah dalam menyikapi masalah sampah,” imbuh Wahyu.
Muryansyah, yang masih terengah-engah dan baru beristirahat beberapa saat, bersedia membagikan ceritanya kepada Rakyat Cirebon.
“Pertama, rasanya capek, rasa yang tidak bisa dibohongi. Untuk menjaga kondisi, pola makan dijaga, kami juga disupport IDI di sepanjang perjalanan. Yang memastikan kami sehat selamat dan aman sampai tujuan nanti,” ungkap Yansyah, sapaan akrabnya.
Mengenai maksud dan tujuannya, nekad menempuh jarak 1.293 kilometer dari Bali ke Jakarta, diceritakan Yansyah, ia sebagai warga sipil biasa, tujuh tahun lalu, memutuskan untuk pindah dari Jakarta ke Bali. Dengan maksud ingin memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Pindah dari hiruk pikuk ibukota. Dan menetap di Bali, yang dibicarakan banyak orang, tempat yang bagus, indah untuk menenangkan diri.
“Tujuh tahun lalu, Bali indah, bersih. Tapi belakangan ini, pesisir Bali sudah banyak sampah. Bali sudah mulai banjir, kemacetan di mana-mana. Kita tidak bisa menyalahkan siapapun. Semua sudah menginginkan keindahan Bali kembali. Tapi kami lihat belum ada satu komitmen menciptakan kembali lingkungan yang baik,” jelasnya.
Perjuangan yang dilakukannya, merupakan sebuah dorongan, dan memberitahukan kepada dunia, bahwa di akar rumput di Bali, ada gerakan murni yang menginginkan agar semua pihak berkomitmen menjaga lingkungan.
Sumber: