Musim Hujan, Ada 15 Titik Rawan Bencana di Perlintasan KA

Musim Hujan, Ada 15 Titik Rawan Bencana di Perlintasan KA

ANTISIPASI. Petugas PT KAI melakukan antisipasi dini di titik rawan bencana jalur perlintasan KA. FOTO: ASEP SAEPUL MIELAH/RAKYAT CIREBON--

RAKYATCIREBON.ID, CIREBON - Tanda-tanda wilayah Cirebon memasuki musim penghujan mulai terlihat. Hujan pun mulai turun dengan intensitas yang sedang hingga tinggi.

Kondisi tersebut harus mulai diwaspadai. Karena musim penghujan tentu diikuti berbagai potensi bencana yang mengancamnya. Termasuk sarana dan prasarana perkeretaapian. Seperti rel, juga tak luput dari potensi bencana saat musim hujan. Saat musim hujan, jalur kereta api tak jarang sampai terendam atau bahkan ambles.

Mengantisipasi semua kemungkinan yang tidak diharapkan terjadi, PT KAI (Persero) Daerah Operasi 3 Cirebon mulai melakukan langkah siaga. Diawali dengan memetakan daerah-daerah rawan bencana di wilayah kerja Daerah Operasi 3 Cirebon, yang meliputi di Utara hingga Subang, dan di Selatan sampai wilayah Brebes.

Vice President PT KAI Daop 3 Cirebon, Takdir Santoso menyampaikan, dari hasil pemetaan yang dilakukan, pihaknya mencatat ada sedikitnya 15 titik yang masuk kategori rawan bencana, baik bencana banjir, longsor, kontur tanah labil maupun rawan ambles.

"Kita sudah memetakan titik-titik rawan bencana di sepanjang jalur KA. Mengingat intensitas hujan yang meningkat di beberapa hari terakhir, kami melakukan upaya-upaya pencegahan potensi gangguan perjalanan KA," ungkap Takdir, Selasa (11/10).

Secara terperinci, Takdir menyebutkan, hasil pemetaan yang dilakukan. Ada 15 titik rawan yang ditemukan. Didominasi oleh kerawanan banjir, tanah longsor serta rawan ambles. Sebagai tindak lanjutnya, PT KAI melakukan pemantauan khusus di titik-titik rawan bencana tersebut.

Daerah-daerah rawan bencana tersebar di sejumlah titik. Di antaranya 10 titik masuk kategori rawan banjir, yakni KM 125+704 di Stasiun Pegaden Baru-Cipunegara, KM 131+945 di Stasiun Cipunegara-Haurgeulis, KM 177+249 di Stasiun Telagasari-Jatibarang, KM 174+248, KM 177+542, KM 185+210 dan KM 187+603 di Stasiun Tanggung-Losari, KM 161+644 di Stasiun Brebes-Tegal, di KM 252+664 dan KM 264+7/8 di Stasiun Ciledug-Ketanggungan.

Sementara, lima titik lainnya masuk dalam kategori daerah rawan kontur tanah labil, rawan longsor dan amblas, yakni di KM 138+500 s.d 139+000 dan 141+000 s.d 141+100 di Stasiun Haurgeulis-Cilegeh, KM 149+700 s.d 150+700 di Stasiun Cilegeh-Kadokangabus, KM 175+000 s.d 176+200 Stasiun Terisi-Jatibarang dan KM 277+500 s.d 278+600 di Stasiun Larangan-Songgom.

Untuk meminimalisir potensi kejadian yang bisa menghambat perjalanan KA, dijelaskan Takdir, PT KAI Daop 3 Cirebon sudah langkah-langkah antisipasi. Mulai dari melakukan normalisasi terhadap saluran air dari tumpukan sampah di titik-titik rawan, membersihkan lumpur yang mengendap yang menyebabkan banjir, sampai sudah membuat trucuk dari bamboo. Dan penahan tanah dengan menggunakan karung diisi tanah dan retaining wall.

Selain itu, pihak PT KAI juga sudah menenpatkan Alat Material Untuk Siaga (AMUS) di 17 titik yang dekat dengan daerah-daerah rawan, yaitu di Stasiun Pabuaran, Pasirbungur, Pegaden baru, Haurgeulis, Terisi, Jatibarang, Arjawinangun, Cirebon, Cirebon Prujakan, Babakan, Tanjung, Bulakamba, Brebes, Sindang Laut, Ciledug, Ketanggungan, dan Songgom.

Alat material Untuk Siaga (AMUS) ini, kata Takdir, disiapkan untuk mengantisipasi jika terjadi banjir dan amblas dititik rawan, dimana AMUS sendiri merupakan alat bantu darurat yang terdiri dari peralatan kerja dan material, diantaranya bantalan rel dan batu balas.

"Persiapan tersebut untuk tindakan cepat ketika terjadi gangguan. Kami juga menerjunkan petugas untuk melakukan pemantauan di titik-titik rawan bencana, dan menambah Petugas Penilik Jalur (PPJ) ekstra," kata Takdir. (sep)

Sumber: