Sistem Proporsional Tertutup Ditolak Politisi

Sistem Proporsional Tertutup Ditolak Politisi

PENOLAKAN. Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Yanuar Prihatin menolak tegas wacana sistem proporsional tertutup pada pemilu 2024 mendatang.--

KUNINGAN, RAKYATCIREBON.ID - Munculnya wacana perubahan aturan sistem Pemilu dari sistem proporsional terbuka ke sistem proporsional tertutup, mendapat penolakan keras dari Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Yanuar Prihatin, dirinya secara pribadi maupun kepartaian, dengan tegas menolak.

Menurut Yanuar, sistem Pemilu dengan proposional tertutup akan menghilangkan kompetisi sesama kader partai yang mengakar ke bawah.

"Maka akan melahirkan para politisi yang lebih mengakar ke atas daripada ke bawah juga dimanfaatkan oleh kader partai politik yang berjiwa oportunis, elitis dan tidak mampu berkomunikasi dengan publik," kata Yanuar, Jumat (06/01) kemarin.

Jika dilaksanakan, sistem pemilu proporsional tertutup ini, imbuhnya, maka sistem oligarki yang sempat berlaku pada zaman Orde Baru akan kembali terjadi.

"Jika ada pihak yang mengusulkan sistem proporsional tertutup. Maka, akan membawa musibah dan kecelakaan dalam demokrasi," tandas Yanuar.

Pihaknya mengharapkan agar Mahkamah Konstitusi (MK) tidak turut melegalisasi sistem tertutup tersebut, karena akan memperkuat keinginan mereka-mereka yang otoriter.

"Bagi partai politik yang punya tradisi komando yang kuat dan sedikit otoriter, sistem pemilu proposional tertutup ini lebih disukai. Dan sistem seperti ini menjadi peluang karir terbesar untuk kader partai politik dengan karakter tersebut," paparnya.

Sistem proporsional tertutup, sambung dia, bisa dimanfaatkan oleh kader partai politik yang berjiwa oportunis, elitis dan tidak mampu berkomunikasi dengan publik.

"Jangan bermain-main dengan sistem kepemiluan yang sudah ada di Indonesia. Jika ingin kegairahan dan partisipasi politik rakyat yang sudah terjadi melalui sistem pemilu proporsional terbuka, hilang karena sistem Pemilu tertutup," gamblang Kader Nasional Partai Kebangkitan Bangsa ini.

Investasi masyarakat dalam menumbuhkan kegairahan dan partisipasi politik rakyat, imbuhnya, sudah sangat bisa memperkuat hubungan timbal balik antara rakyat dan wakilnya.

"Hal ini sudah sangat membangun budaya kompetisi yang masih terukur," pungkasnya.(ale)

 

Sumber: