Kiai Miftah Pastikan Benda Kerep Tidak Menolak Tinta Pemilu, Dorong KPU Ganti Tinta dengan Kunyit
Pengasuh Ponpes Benda Kerep, KH Miftah Faqih. FOTO: ASEP SAEPUL MIELAH/ RAKYAT CIREBON--
RAKYATCIREBON.ID, CIREBON - Pengasuh Ponpes Benda Kerep, KH Miftah Faqih memastikan bahwa penggunaan tinta, sebagai tanda warga negara sudah menggunakan hak pilihnya di Pemilu tidak dilarang di TPS-TPS yang ada di Benda Kerep.
"Enggak (tidak menolak tinta. Red), tinta tetap ada mas, boleh kok, hanya kita mempertahankan kearifan lokal," ungkap KH Miftah usai berbincang dengan Ketua KPU Provinsi Jawa Barat, Selasa (23/01).
Diceritakan KH Miftah, penggunaan kunyit sebagai pengganti tinta dalam Pemilu memang sudah diterapkan sejak Pemilu pertama di era reformasi.
Sampai saat ini, melewati beberapa kali Pemilu, kunyit sebagai pengganti dianggap sebagai kearifan lokal di daerah dengan tiga TPS tersebut.
"Penggunaan kunyit sudah sejak pas zaman Gusdur jadi presiden, disini sudah pake kunyit. Juga ada yang pake tinta, Sebetulnya sih, tinta pun gak masalah, karena itu sudah diteliti, sampai dengan bahtsul masail dan sebagainya, itu tidak masalah," jelas KH Miftah.
Bahkan, kata KH Miftah melanjutkan ceritanya, Benda Kerep pernah dikunjungi oleh KPU RI terkait dengan penggunaan kunyit pada Pemilu ini, dan pada saat itu, ia berkelakar, Benda Kerep mendorong penyelenggara Pemilu untuk menerapkan kearifan lokal tersebut, dan mengganti tinta dengan kunyit untuk Pemilu di seluruh Indoensia.
"Cuma, kami ingin mempertahankan kearifan budaya lokal, malah dulu KPU pusat pernah datang kesini, saya sampaikan, lebih baik pake kunyit saja se-Indonesia, biar Pemilu juga bisa meningkatkan perekonomian petani kunyit," ucap KH Miftah.
Dengan demikian, kata dia, pesta Pemilu setidaknya bukan hanya dirasakan oleh para elit politik, namun juga oleh masyarakat para petani kunyit, karena komoditas tersebut digunakan untuk Pemilu sebagai pengganti tinta.
"Saya itu ingin memunculkan, tinta dengan kunyit itu tidak ada beda, artinya tidak beda jauh ya. Untuk beberapa hari itu, kunyit itu masih tetap ada, ciri orang yang sudah mencoblos. Jelang Pemilu, semua petani (petani kunyit. Red) bisa ikut pesta, Ekonomi rakyat juga terangkat. Jadi, Pemilu benar-benar jadi pesta rakyat juga, pesta pemerintah juga," kata KH Miftah.
Maka, ditambahkan KH Miftah, ia pun mendorong, agar kearifan lokal di Benda Kerep tersebut, bisa diterapkan di seluruh Indonesia pada setiap Pemilu.
"Mudah-mudahan kedepan pemerintah bisa ganti ke kunyit untuk tanda Pemilu," imbuh KH Miftah. (sep)
Sumber: