Muktamar Luar Biasa NU Digelar di Cirebon: Upaya Mengembalikan Marwah NU

Muktamar Luar Biasa NU Digelar di Cirebon: Upaya Mengembalikan Marwah NU

JELASKAN. Ketua SC MLB NU, KH Imam Jazuli (kiri) menjelaskan alasan Cirebon dipilih sebagai tempat pelaksanaan MLB NU. FOTO : DOC/RAKYAT CIREBON--

RAKYATCIREBON.ID, CIREBON – Kabupaten Cirebon resmi dipilih sebagai tuan rumah pelaksanaan Muktamar Luar Biasa (MLB) Nahdlatul Ulama (NU), yang bertujuan untuk menjaga dan mengembalikan marwah jam’iyyah dari erosi internal.

Kegiatan ini diinisiasi sebagai respons atas berbagai dinamika yang dianggap menjauhkan NU dari Khitthah 1926 dan mengabaikan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) organisasi.

Ketua Steering Committee (SC) Muktamar Luar Biasa NU, KH Imam Jazuli Lc MA menjelaskan secara antropologis-sosiologis, dipilihnya Cirebon bukan tanpa alasan. Cirebon dikenal memiliki sejarah panjang dalam kontribusi terhadap NU, terutama melalui tokoh-tokoh ulama besar seperti Kiai Abbas Buntet.

Beliau kata Kang Imjaz--sapaan untuk KH Imam Jazuli, adalah sosok penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan panglima Resolusi Jihad NU yang diakui karomahnya dalam peristiwa Perang Surabaya pada 10 November 1945.

Cirebon, sebagai basis kuat warga Nahdliyyin, memiliki hak dan kewajiban untuk terlibat dalam menjaga dan mengawal Khitthah NU. “Orang-orang NU Cirebon gigih memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Kini, mereka kembali ingin memperjuangkan marwah NU yang dianggap telah bergeser,” katanya, Rabu 9 Oktober 2024.

Pelaksanaan Muktamar ini juga dimaknai sebagai napak tilas perjuangan ulama Cirebon, seperti Kiai Abbas Buntet dan Ki Jatira, pendiri Pesantren Babakan Ciwaringin yang gigih menentang penjajahan Belanda. Selain itu, Muktamar akan menjadi momentum refleksi untuk mengembalikan NU kepada akar tradisinya, terutama dalam hal hubungan dengan pesantren.

Kiyai yang kerap memakai kaos oblong itu menceritakan Pengasuh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, KH Arwani Syaerozi pernah bertutur, kecintaan warga Cirebon terhadap pesantren adalah wujud nyata kontribusi mereka bagi NU dan bangsa.

“Spirit kecintaan pada pesantren ini yang harus kita hidupkan kembali. Pesantren adalah bagian integral dari tradisi NU, namun belakangan ini hubungan itu mulai renggang,” ungkapnya.

Muktamar Luar Biasa ini juga menjadi wadah untuk merefleksikan perjalanan NU, yang menurut Martin van Bruinessen dalam bukunya Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, tidak bisa dipisahkan dari kultur pesantren. Saat ini banyak pihak yang menilai NU telah terseret dalam politik praktis.

"Jauh dari nilai-nilai pesantren dan tarekat yang menjadi fondasinya," katanya.

Cirebon, selain dikenal sebagai kota sejarah dan perjuangan, juga dianggap sebagai lokasi strategis dengan fasilitas modern. Jaraknya hanya 30 menit dari Bandara Internasional Kertajati, memiliki akses tol yang baik, jalur kereta api, serta fasilitas akomodasi yang memadai.

Panitia Muktamar telah menyiapkan lebih dari 30 hotel dan berbagai fasilitas transportasi untuk mendukung kelancaran acara. “Kami memastikan bahwa seluruh peserta Muktamar akan datang dengan senang dan pulang dengan bahagia. Tagline kami adalah ‘Muktamirin datang senang dan pulang bahagia,’” ungkap KH Imam Jazuli.

Dia menambahkan bahwa Muktamar ini diharapkan menjadi titik balik untuk mengembalikan marwah NU dan memperkuat tradisi intelektualnya. Rangkaian Muktamar ini akan dibuka di Pondok Pesantren Buntet dan ditutup di Pesantren Ciwaringin.

Kedua pesantren bersejarah itu telah banyak berkontribusi bagi bangsa dan NU. Melalui Muktamar ini, para peserta diharapkan dapat mendulang hikmah dari perjuangan para ulama masa lalu dan membangun masa depan NU yang lebih baik. (zen)

Sumber: