Debat Kedua Pilgub Jabar: Paslon Soroti Isu Intoleransi dan Solusi Toleransi Beragama
DEBAT. Pendukung masing-masing Paslon saat menyaksikan debat kedua Pilgub Jabar yang digelar KPU Jawa Barat di Cirebon. FOTO : ZEZEN ZAENUDIN ALI/RAKYAT CIREBON--
RAKYATCIREBON.ID, CIREBON – Debat kedua Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat digelar di Cirebon, Sabtu (16/11). Mengusung tema Budaya Inovatif untuk Jawa Barat, Gemah Ripah, Repeh Rapih, debat ini menyoroti enam subtema, yakni industri budaya, pariwisata, peningkatan PAD berbasis sumber daya alam, mitigasi bencana, lingkungan hidup, dan toleransi agama.
Isu toleransi agama menjadi salah satu pembahasan penting. Pasalnya, kasus intoleransi agama di Jawa Barat cukup tinggi. Sejak tahun 2023 sampai menjelang akhir 2024 ini, IMPARSIAL melakukan monitoring terkait pelanggaran atas kebebasan beragama berkeyakinan.
Ternyata Jabar menyumbangkan sebanyak 6 kasus pelanggaran. Pelanggarannya banyak terjadi terkait penutupan dan penyegelan rumah peribadatan.
Menanggapi hal itu, Paslon nomor urut 2, Jeje Wiradinata, menjelaskan nilai-nilai sejarah pendiri bangsa yang menjunjung kebhinekaan mulai terkikis. Jika terpilih, Jeje bersama pasangannya, Ronald, akan menerapkan konsep Pelita (Pendidikan Lintas Agama).
“Konflik agama sering kali dipicu oleh rasa saling curiga antara satu dengan yang lain. Dengan edukasi lintas agama, kami akan membangun pemahaman dan kepercayaan antarumat,” ujar Jeje.
Paslon nomor urut 1, Acep Adang Ruhiyat, juga menekankan pentingnya dialog antaragama. Ia berkomitmen mendirikan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) di setiap kabupaten/kota untuk mempererat kerukunan.
Sementara itu, Paslon nomor urut 3, Ahmad Syaikhu, menegaskan bahwa toleransi agama harus berpijak pada konstitusi. Ia menyoroti bahwa kebebasan beragama merupakan hak asasi manusia yang dijamin oleh undang-undang.
“Kita harus memastikan komitmen terhadap aturan yang melindungi kebebasan beragama. Pendidikan toleransi harus dimulai sejak dini, melalui gotong royong untuk membangun harmoni,” ujar Syaikhu.
Paslon nomor urut 4, Dedi Mulyadi, menilai bahwa masyarakat Jawa Barat pada dasarnya sudah toleran. Namun, intoleransi agama kerap diperkeruh oleh kepentingan politik tertentu.
“Intoleransi sering kali dimanfaatkan untuk agenda politik. Ada dua komunitas penyebab utamanya, yakni komunitas urban dan migran. Karena itu, saya meminta semua pihak berhenti mengkapitalisasi agama demi kepentingan politik,” tegas Dedi.
Debat ini memancing beragam pandangan dari para kandidat, yang masing-masing menawarkan solusi berbeda untuk meningkatkan toleransi di Jawa Barat. Dengan pendekatan yang bervariasi, isu ini menjadi salah satu sorotan utama dalam kontestasi Pilgub Jabar 2024. (zen)
Sumber: