Nama Bale Jaya Dewata Tuai Kontroversi di Kalangan Budayawan Cirebon, Nyai Subang Larang Jadi Rekomendasi Nama

Nama Bale Jaya Dewata Tuai Kontroversi di Kalangan Budayawan Cirebon, Nyai Subang Larang Jadi Rekomendasi Nama

REKOMENDASI. Nama Bale Jaya Dewata Tuai Kontroversi di Kalangan Budayawan Cirebon, Nyai Subang Larang Jadi Rekomendasi Nama-ISTIMEWA/RAKYATCIREBON.DISWAY.ID-

CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID – Setelah nama eks-gedung karesidenan atau Gedung Negara telah menjadi polemik dibeberapa mata pemerhati sejarah dan budaya Cirebon karena namanya diubah dan sudah terpampang di depan gedung tersebut.

Nama yang sudah terpampang itu bernama Bale Jaya Dewata. Dengan nama tersebut, para pemerhati sejarah dan budaya Cirebon menggelar pertemuan untuk memberikan rekomendasi nama yang terbaik dan menjadi identitas bahwa gedung tersebut berada di Cirebon.

Hasil dari pertemuan tersebut, para pemerhati sejarah dan budaya Cirebon yang hadir sepakat untuk memberikan nama Subang Larang untuk menjadi rekomendasi nama baru dan menggantikan "Bale Jaya Dewata", namun apakah kalian tau siapa Subang Larang itu?

Sementara menurut salah satu sejarahwan Cirebon, Farihin menjelaskan bahwa Subang Larang merupakan tokoh perempuan penting dalam sejarah Kerajaan Pajajaran dan awal penyebaran Islam di Tatar Sunda,  dan Subang Larang bukan hanya permaisuri Prabu Siliwangi, tetapi juga ibu dari para tokoh besar penyebar Islam.

“Baik, terima kasih. Jadi Subang Larang itu merupakan putri dari Ki Gedheng Tapa Jumajan Jati, yang pada waktu itu pernah berkuasa sebagai Mangkubumi sekaligus Syahbandar di Pelabuhan Muara Jati,” jelas Farihin.

Ia menambahkan, Ki Gedeng Tapa bertahta di Keraton Singhapura, wilayah yang kini dikenal sebagai Merta Singa dan Sirnabaya. Subang Larang sendiri dikenal sebagai sosok yang haus ilmu, terutama dalam bidang keagamaan.

“Nah, Subang Larang ini kemudian menjadi murid salah satu ulama dari Champa, namanya Syekh Hasanuddin, yang masyhur disebut dengan Syekh Kuro. Beliau datang ke Pelabuhan Muarajati sekitar tahun 1416-1417,” lanjut Farihin.

Farihin mengungkapkan, Subang Larang dikirim langsung oleh ayahnya kepada Syekh Kuro untuk belajar islam, dan kemudian juga menimba ilmu dari Syekh Nurjati. Dalam perjalanan hidupnya, Subang Larang menikah dengan Prabu Siliwangi, yang kemudian dikenal sebagai Prabu Jaya Dewata.

“Dari pernikahan itu lahir tokoh-tokoh besar seperti Pangeran Cakrabuana atau Walang Sungsang, Nyimas Ratu Rara Santang yang merupakan ibu dari Sunan Gunung Jati dan Prabu Kian Santang atau Raja Sangara,” ungkap Farihin.

Ia juga menyebut bahwa Subang Larang memiliki beberapa nama lain dalam berbagai naskah sejarah.

“Subang Larang ini punya nama lain, misalnya Subang Ranjang atau Ratna Kranjang. Dalam naskah Cariosan Prabu Siliwangi, beliau disebut sebagai Majalarang Tapa,” terangnya.

Di kalangan masyarakat Cirebon, sosok ini lebih dikenal dengan sebutan Nyai Subang Larang, dan dikenang sebagai ibu suri sekaligus tokoh penting dalam penyebaran Islam yang memiliki pengaruh besar hingga kini.

Sumber: