Metode IPHA Bisa jadi Solusi Tingkatkan Produksi Padi di MT 2

TRANSPLANTER. Kepala BBWS Cimanuk-Cisanggarung, Dwi Agus Kuncuoro ST MT menunjukan transplanter khusus untuk menyokong pertanian teknik IPHA. FOTO : SUWANDI/RAKYAT CIREBON--
CIREBON - Musim Tanam Kedua (MT 2) sedang berlangsung di berbagai daerah di Jawa Barat. Namun demikian, ancaman kekurangan air irigasi menjadi tantangan pagi petani penggarap seiring berkurangnya curah hujan.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung, Dwi Agus Kuncuoro ST MT mengatakan, risiko kekurangan air pada MT 2 memang ada. Namun dapat dikecilkan dengan teknik tanam padi yang tepat.
Dwi menambahkan, salah satu teknik tanam yang cocok untuk MT 2 ialah irigasi padi hemat air (IPHA). Dengan teknik ini, penggunaan air dapat dioptimalkan sehingga sebaran air irigasi dapat lebih merata dari hulu ke hilir.
"Musim tanam kedua dan ketiga memang curah hujannya nggak semelimpah MT 1 sehingga BBWS menggaungkan metode IPHA. Metode ini akan terasa manfaatnya di NT 2 dan MT 3," jelas Dwi.
Dikatakan Dwi, berdasarkan kajian Kementerian PU, penggunaan teknik IPHA dapat menghemat air sebanyak 34 juta M³ diwilayah kerja BBWS Cimanuk-Cisanggarung. Jumlah itu setara dengan satu waduk.
Menurut Dwi, teknik IPHA memang masih awam bagi petani Indonesia. Terlebih harus ada penyesuaian saat benih padi dipindahkan dari semai ke tanam yakni penancapan benih harus membentuk konfigurasi L dan dangkal.
Sedangkan kebiasaan petani saat menanam benih padi ditanam lurus dan dalam di lahan. Dengan kebiasaan tersebut, penyesuaian cara tanam secara manual butuh waktu lama.
Oleh karena itu, BBWS Cimanuk-Cisanggarung menginisiasi penggunaan transplanter khusus untuk pertanian teknik IPHA. Transplanter ini dirancang bisa menanam secara efektif dan tepat sasaran baik dari sisi waktu maupun penancapan benih di lahan.
Prototipe transplanter ini sedang dikembangkan BBWS Cimanuk-Cisanggarung. Progresnya baru 32%. Selain untuk menanam, transplanter ini juga bisa digunakan untuk mengolah lahan dan pemupukan.
Menariknya, transplanter yang dikembangkan BBWS Cimanuk-Cisanggarung menggunakan materai litium sebagai penggeraknya. Energi dari baterai ini didapat dari panel surya yang dipasang di atas transplanter.
"Sumber energinua bisa dari solar panel karena di sawahkan panas. Kita manfaatkan energi matahari. Bisa juga dicas kita siapkan juga chargernya," kata Dwi.
Pengembangan transplanter untuk tanam padi teknik IPHA ini memang bukan tugas inti BBWS Cimanuk-Cisanggarung. Namun bersinggungan dengan pemanfaatan air yang menjadi tugas pokok balai dibawah Kementerian PU ini.
Dari sisi produktivitas padi, teknik IPHA juga memungkinkan petani meraih hasil lebih besar. Pasalnya, benih padi yang ditanam bakal tumbuh dengan anakkan lebih banyak dalam satu rumpun. Hasilnya bulir padi saat panenpun lebih banyak.
Dwi menyimpulkan, teknik IPHA bisa menghemat air irigasi, menekan biaya tanam serta meningkatkan produktivitas padi saat panen. "Ini kita galakan untuk mensukseskan program Presiden Prabowo tentang swasembada pangan," jelas Dwi. (wan)
Sumber: