Diteliti UGM dan UGJ, Program Ketahanan Pangan Desa Ciawijapura Targetkan 30 Ton Melon Sekali Panen

PENELITIAN. Mahasiswa UGJ melakukan penelitian tanaman melon dalam program ketahanan pangan di Desa Ciawijapura.-ISTIMEWA/RAKYATCIREBON.DISWAY.ID-
CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID – Program ketahanan pangan Desa Ciawijapura, Kecamatan Susukanlebak, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menjadi percontohan budidaya tanaman hortikultura jenis buah melon. Program yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mitra Sukses ini menargetkan hasil panen mencapai 30 ton melon dalam sekali panen di lahan seluas 1,5 hektare.
Kuwu Ciawijapura, Ade Sri Sumartini, menjelaskan bahwa program ini didanai dari Dana Desa (DD) sebesar 20 persen atau Rp205 juta, yang dibagi dalam dua tahap. Untuk tahap pertama, anggaran senilai Rp139 juta digunakan untuk budidaya melon jenis Amanda Tavi, dengan populasi tanaman mencapai 24 ribu pohon.
“Budidaya melon Amanda Tavi ini menjadi percontohan di Kabupaten Cirebon. Bahkan mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) ikut melakukan penelitian di sini,” ujar Kuwu Ade saat ditemui di lahan pertanian melon, Kamis (29/5/2025).
Penelitian yang dilakukan meliputi pengujian pH tanah dan aspek teknis pertanian lainnya. Ade menyampaikan optimismenya bahwa program ini akan meningkatkan perekonomian masyarakat desa secara berkelanjutan.
Setelah program budidaya melon, rencananya tahap selanjutnya akan difokuskan pada budidaya sayuran, yaitu terong ungu dan cabai hijau, dengan alokasi dana Rp65 juta.
“Untuk tahap kedua kami akan libatkan lebih banyak tenaga kerja lokal agar dampak ekonominya semakin terasa,” tambahnya.
Ade juga berharap agar Pemerintah Kabupaten Cirebon memberikan dukungan infrastruktur, khususnya terkait Jalan Usaha Tani (JUT) yang sangat penting untuk kelancaran distribusi hasil panen.
Sementara itu, Nugrah Pahera (22), mahasiswa Fakultas Pertanian UGJ Prodi Agroteknologi, mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memahami secara menyeluruh proses budidaya melon, mulai dari pengolahan lahan, pemupukan, pembungaan, hingga panen.
“Budidaya melon biasanya membutuhkan waktu 70 hari dari tanam hingga panen. Kami membandingkan budidaya melon di tiga wilayah, yaitu Majalengka, Kuningan, dan Cirebon,” jelas Nugrah.
Ia menambahkan bahwa meskipun berbiaya tinggi dan membutuhkan perawatan intensif, pertanian melon memiliki potensi keuntungan yang besar. Tantangan utama dalam budidaya ini adalah serangan hama dan kebutuhan pengawasan harian.
“Melon bukan tanaman yang bisa ditinggal. Tantangan paling awal biasanya adalah hama siput yang menyerang daun muda. Selain itu, budidaya terbuka juga sangat tergantung cuaca,” tambahnya.
Ketua BUMDes Mitra Sukses, Algha Aretta Adiwidia (27), mengungkapkan bahwa tahap pertama program ketahanan pangan ini telah dilakukan secara intensif. Sebagai petani milenial peraih piagam dari Gubernur Jawa Barat tahun 2022, Algha menyampaikan keyakinannya terhadap prospek pasar melon di wilayah Cirebon.
“Kami optimis, dengan perawatan yang konsisten dan dukungan semua pihak, target minimal 30 ton buah melon bisa tercapai. Pasarnya jelas, dan antusias masyarakat juga tinggi,” kata Algha.
Ia juga menyoroti pentingnya kerja sama semua elemen, mulai dari pemerintah desa, akademisi, hingga masyarakat petani, agar program ketahanan pangan ini dapat terus berkelanjutan dan menjadi contoh sukses di wilayah lain. (her)
Sumber: