16 Titik Kritis di Sungai Cimancis Belum Teratasi
RAKYATCIREBON.ID – Sebanyak 16 titik dari 27 titik kritis di Kabupaten Indramayu berpotensi menimbulkan bencana pada musim hujan tahun ini. Untuk mengantisipasinya, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung (Cimancis) melakukan langkah kesiapsiagaan bersama berbagai unsur terkait.
Langkah itu ditandai dengan digelarnya apel kesiap siagaan antisipasi potensi bencana pada musim penghujan, Rabu (3/11) di Embung Jangkar, Desa/Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu.
“Terdapat lima pilar kesiap siagaan dalam rangka mengantisipasi potensi bencana pada musim penghujan di Indramayu. Pertama petugas diminta harus siap siaga 24 jam untuk mendapatkan perintah dan mempersiapkan diri baik peralatannya hingga materialnya,” jelas Kepala BBWS Cimancis, Ismail Widadi.
Empat pilar berikutnya, yaitu melakukan identifikasi lokasi kritis di lapangan melalui penelurusan atas laporan dari masyarakat. Lalu, petugas di lapangan mengerahkan seluruh kemampuannya dalam mengatasi titik bencana. Selanjutnya, petugas mengamati terus menerus pada lokasi kritis dan jika terdapat potensi yang membayakan segera lapor komandannya.
“Kelima, menjaga koordinasi dan kolaborasi antar petugas terutama sesama jejaring komunikasi untuk tetap solid, bersahabat, bersaudara dalam kesiapsiagaan untuk menyelamatkan orang sekitar dan nyawa diri sendiri di lokasi terjadinya bencana,” ujarnya.
Disampaikan Ismail, di wilayah Kabupaten Indramayu terdapat 27 titik kritis yang berpotensi bencana banjir pada musim penghujan. Namun melalui mekanisme antisipasi, sebanyak 11 titik berhasil dilakukan perbaikan. Sedangkan 16 titik lainnya masih dalam proses pengerjaan dan diharapkan segera rampung secara bertahap.
“Dari 27 titik yang kami identifikasi terdapat 11 titik sudah kami atasi dengan melakukan tindakan-tindakan, diantaranya pembangunan tanggul dan lainnya. Sementara yang belum kami atasi 16 titik,” sebutnya.
Menurutnya, langkah antisipasi agar tidak terjadi potensi banjir di Indramayu perlu adanya kesadaran dari masyarakat. Diantaranya dengan menjaga lingkungan sekitar, termasuk aliran sungai dan irigasi tidak tersumbat oleh sampah pada saat turun hujan.
Ia berharap, masyarakat tidak membuang sampah sembarangan termasuk di aliran sungai agar tidak terjadi penyumbatan dan berpotensi banjir serta mengurangi aktivitas masyarakat di dekat tanggul sungai. Hal ini sebagai antisipasi ketika datangnya longsor akibat tanggul yang terkikis oleh derasnya air sungai, maupun debit air yang tinggi ketika hujan datang.
“Supaya genangan yang tinggi tadi tidak menjadi banjir, kita semua harus memiliki kesadaran. Ingat, banjir terjadi di antaranya oleh faktor manusia seperti membuang sampah sembarang apabila tidak tertangani, akan menyumbat saluran air. Selain itu, tersumbat karena tanggulnya longsor,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Indramayu, Dadang Oce Iskandar mengatakan, Indramayu berpotensi terpengaruh adanya La Nina. Berdasarkan informasi dari BMKG Kertajati Majalengka, pengaruh La Nina di Indramayu dimungkinkan dikisaran antara 20 persen hingga 70 persen.
“Jadi potensi pengaruh La Nina ini dari kondisi normal, petugas harus siap siaga dan mempersiapkan segala peralatan yang dimiliki. Disamping itu juga kami akan mengaktifkan dan memaksimalkan embung-embung dan bendungan untuk menampung debit air hujan,” kata dia.
Pihaknya berkeinginan, imbuh Oce, sinergitas pentahelik dalam rangka mitigasi bencana yang terdiri dari instansi pemerintah, perusahaan, media, masyarakat, dan pakar dari perguruan tinggi di Indramayu bersatu untuk mengantisipasi bahkan menanggulangi terjadinya bencana. (tar)
Sumber: