Emak-emak di Majalengka Berkreasi dengan Bungkus Kopi
![Emak-emak di Majalengka Berkreasi dengan Bungkus Kopi](https://rakyatcirebon.disway.id/uploads/sites/61/2021/09/kerajinan-tangan.jpg)
RAKYATCIREBON.ID - Sekelompok emak-emak Desa Jatiserang, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka membuat berbagai barang berharga dari limbah plastik bungkus kopi. Limbah tersebut disulap menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi.
Meski belum dipasarkan secara luas, barang-barang tersebut tentunya berpotensi menambah pundi-pundi penghasilan yang saat ini sedang sulit karena pandemi Covid-19.
Limbah plastik tersebut disulap menjadi barang yang cantik, seperti tas, dompet, tikar serta berbagai barang lainnya.
Emak-emak di desa tersebut mengaku telah menekuni kreativitasnya sebagai perajin tas dan tikar dari limbah plastik selama beberapa tahun terakhir ini.
Bahkan, adanya pandemi yang mana kegiatan di luar rumah terbatas, kegiatan tersebut semakin ditekuni.
Yanti (48), salah satu perajin atau emak-emak dari Desa Jatiserang mengaku, ia menjadi perajin tidak melalui kursus atau ikut pelatihan di lembaga-lembaga pelatihan.
Namun, Yanti mengolah limbah plastik, dari ide-ide yang dihasilkannya secara otodidak yang dilihat dari channel YouTube.
Bahan-bahan yang biasa disiapkannya untuk membuat tas dan yang lainnya, yaitu plastik bekas bungkus kopi instan dan gunting.
Dalam satu hari, emak-emak yang berjumlah kurang lebih 30 orang itu bisa menghasilkan hingga 5 unit barang dari limbah plastik tersebut.
\"Kami bisa membuat sampah-sampah menjadi sebuah tas, tikar, dan berbagai kerajinan lainnya. Ini berkat keinginan kami untuk lebih bisa memanfaatkan waktu luang kami di tengah pandemi Covid-19,\" ujar Yanti, Kamis (23/9).
Yanti mengaku, kegiatan tersebut berawal dari tekadnya untuk mengurangi sampah yang berada di desanya.
Sementara, tiap hari Yanti bersama ibu-ibu lain mengumpulkan limbah plastik bungkus kopi instan, baik plastik kopi kapal api, luwak serta jenis plastik bungkus kopi lainnya.
\"Satu unit barang bisa dihargai dari yang termurah Rp25 ribu dan paling mahal Rp150 ribu bergantung ukuran dan jenisnya. Semakin sulit membuatnya akan semakin mahal,\" ucapnya.
Untuk saat ini, Yanti mengaku hal yang menjadi hambatan, yakni terkait pemasaran.
Sumber: