Potongan UKT Terlalu Kecil hingga Merasa Kurang Diurus, Mahasiswa IAIN Protes, Ancam Ogah Terlibat PBAK
RAKYATCIREBON.ID - Sekumpulan mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa melayangkan protes dengan cara unik. Dari tembak laser gedung kampus hingga kirim chat rektor serentak.
Protes ini dilatari potongan uang kuliah tunggal (UKT) terlalu kecil meski pandemi hingga mahasiswa merasa kurang diurus lantaran pihak kampus dituding terlalu sibuk urusi transformasi IAIN menjadi menjadi UISSI (Universitas Islam Siber Syekh Nurjati Indonesia).
Tim Media Aliansi Mahasiswa, Idan Sahid membenarkan, aksi protes mahasiswa dilakukan berantai. Mulai dari tembak laser ke gedung rektorat berisi kalimat protes, pemasangan banner di beberapa titik area kampus, kirim chat serentak dari mahasiswa ke rektor, dan penggalangan dana bagi mahasiswa yang tak mampu bayar UKT.
\"Aksi ini didasarkan pada tidak adanya kebijakan kampus yang memihak kepada mahasiswa mengenai pembayaran UKT di tengah pandemi,\" ujar Idan kepada Rakyat Cirebon.
Idan melanjutkan, aksi protes tersebut dilakukan sebagai ultimatum kepada rektor agar bersedia beraudiensi langsung dengan mahasiswa cari solusi bersama. Mahasiswa kecewa pasalnya pada agenda audiensi pertama, Selasa (3/7) tidak dihadiri rektor. Melainkan mengutus Wakil Rektor III menemui mahasiswa.
\"Harapannya, rektor mau mendengarkan apa yang menjadi tuntutan mahasiswa dan adanya kebijakan pemotongan UKT yang memihak kepada mahasiswa,\" tambah Idan.
Sebetulnya, pihak kampus sudah memberikan potongan UKT 15 persen. Namun potongan itu dianggap terlalu kecil. Beban UKT yang dipikul orang tua mahasiswa dinilai masih terlalu berat. Apalagi urus-urus potongan UKT bukan tanpa syarat.
\"(Potongan UKT) cuman 15 persen, itu pun harus melampirkan syarat dan ketentuan yang kalau buat bikin syarat dan ketentuannya aja habis sama ongkosnya. Ada (potongan UKT) 100 persen, tapi itu khusus buat orang tuanya yang meninggal karena Covid,\" terangnya.
Menurut Idan, sejak pandemi merebak, penghasilan orang tua mahasiswa jadi terdampak. Pemotongan UKT yang lebih besar pun dibutuhkan. Namun, kata Idan, pihak kampus belum bisa maksimal cari solusi atas masalah yang mendera mahasiswa.
\"Beberapa sarana prasarana telah dibangun dan siap digunakan untuk menunjang program UISSI. Target tersebut dikebut dengan dalih dalam rangka mengembangkan visi kampus yang lebih bermartabat. Namun kampus lupa, bahwa ada ribuan mahasiswa yang sedang sekarat tidak mampu membayar UKT di tengah carut marut perekonomian keluarga yang menurun drastis akibat pandemi,\" jelas Idan.
Di sisi lain, aktivitas pelayanan pada mahasiswa secara daringpun banyak kendala. Dia menilai, semangat UISSI tidak terimplementasi dengan baik pada kegiatan daring kampus seperti perkuliahan daring, aplikasi smart campus yang sering eror hingga kegiatan daring lainnya.
\"IAIN sebenarnya belum begitu siap menjadi UISSI yang seharusnya perlu membenahi pekerjaan rumahnya terlebih dahulu. Di saat mahasiswa ingin beraudiensi, dialog, dan melakukan diskusi-diskusi dengan para birokrat, mereka selalu tidak bisa dengan dalih sedang rapat mengenai UISSI tersebut,\" ucap Idan.
Atas berbagai persoalan tersebut, Aliansi Mahasiswa ancam ogah terlibat dalam hajat besar kampus yakni Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) bagi mahasiswa baru dalam waktu dekat. PBAK biasanya melibatkan para aktivis kampus sebagai mentor bagi mahasiswa baru.
\"Sedangkan aksi sikap adalah seruan untuk memboikot kegiatan PBAK untuk mahasiswa baru dan Dies Natalis kampus serta untuk tidak terlibat pada kegiatan tersebut sebelum tuntutan mahasiswa direalisasikan,\" kata dia.
Sumber: