Produksi Dodol China, Bukan Cuma Bisnis, Tapi Lestarikan Tradisi

Produksi Dodol China, Bukan Cuma Bisnis, Tapi Lestarikan Tradisi

RAKYATCIREBON.ID - Sebulan menjelang tahun baru Imlek, Lani Sundriati dibantu delapan karyawannya sudah sibuk mengolah tepung ketan menjadi Dodol China atau Kue Keranjang.

Biasanya, sekali produksi dibutuhkan 10 ton bahan baku. Namun imbas pandemi, Lani mengurangi produksi dodol sampai 30 persen pada momen Imlek 2021.

Usaha dodol China milik Lani diberi merek Kue Keranjang 88. Produksi dilakukan di rumahnya di Jalan Pekalipan Gang 4 Kota Cirebon.

Ada tiga varian rasa yakni pandan, cokelat dan vanila. Lani menjualnya per box isi empat dodol seharga Rp32 ribu.

Ada juga yang membeli kiloan. Sekilo isi empat dodol dihargai Rp29 ribuan. Lebih murah karena tanpa box kemasan. “Beli berapa saja saya terima. Mau sekilo, setengah kilo boleh,” ujar Lani kepada Rakyat Cirebon.

Permintaan dodol China di momen Imlek masih tinggi. Hal itu lantaran tidak banyaknya produsen dodol lain di Cirebon. Mungkin karena usaha tahunan menjelang Imlek saja.

Lani tetap setia menekuni produksi dodol China. Baginya, memproduksi dodol China tak sekadar bisnis. Juga melestarikan tradisi.

Kue Keranjang 88 sudah didirikan sejak tahun 1984. Lani sendiri saat ini adalah generasi ketiga yang menjalankan usaha rumahan itu.

Mempertahankan usaha warisan leluhur jelas bukan hal mudah. Apalagi  dalam situasi Pandemi Covid-19, produksi dodol diturunkan hingga 30 persen, namun Lani tak mengurangi jumlah karyawannya.

Selain tetangga yang datang langsung ke rumah produksi, dodol China buatan Lani juga dipasarkan ke Jakarta dan Bandung. (suwandi)

Sumber: