Kesunean Selatan, Bakal Jadi Sentra Batik, Cocok Wisata Mangrove
Potensi yang dimiliki RW 09 Kesunean Selatan, Kelurahan Kasepuhan terbilang banyak. Selain tepat dijadikan sentra kerajinan batik, kawasan yang dekat dengan pantai itu, juga memiliki wisata mangrove yang layak dikembangkan.
Laporan: ASEP SAEPUL MIELAH, Cirebon
AKHIR pekan lalu, Wakil Walikota Cirebon, Dra Hj Eti Herawati mengunjungi RW tersebut untuk melihat potensi-potensi lain yang bisa dikembangkan selain rencana sentral kerajinan batik.
Setelah kunjungan, Eti juga menemukan potensi lain, yakni kawasan hutan mangrove yang ternyata memang sudah sejak lama direncanakan untuk dikembangkan.
“Pertama, saya akan lakukan, sementara ini menjembatani untuk batik pewarna alam dulu, sembari mencari akses jalan masuk ke mangrove. Karena potensi mangrove bagus. Tapi akses masuknya yang belum. Nanti kita cari. Saya lihat di ujung cukup bagus, tinggal ditata,” ungkap Eti kepada Rakyat Cirebon.
Untuk mengembangkan sentral batik, lanjut Eti, jika di Kriyan pewarna batik alami menggunakan pohon kersem, maka di RW 09 Kesunean Selatan akan dikembangkan pewarna batik alami dari daun mangrove.
“Untuk batik, nanti kecamatan membantu menjembatani. Akan mendidik dua tiga orang untuk membatik, dilatih Disnaker. Nanti konsepnya Batik Mangrove, bahan pewarna alami dari daun mangrove,” kata Eti.
Sementara itu, Ketua RW 09 Kesunean Selatan, Pepep Nurhadi mengatakan, warga sangat mendukung rencana pengembangan yang akan dilakukan oleh pemkot. Bahkan sebelumnya sudah ada wacana penataan dan hingga saat ini warga masih menunggu.
“Kalau kita sepakat pasti. Untuk wisata mangrove, sentral batik kita juga mendukung. Karena terus terang, masyarakat menunggu. Karena dulu, DPRD juga pernah turun berkunjung,” ungkap Pepep.
Jika sampai batal dikembangkan, dijelaskan Pepep, ia khawatir kawasan hutan mangrove akan rusak dan nantinya dimanfaatkan oleh warga untuk mendirikan bangunan-bangunan. Karena tidak jauh dari lokasi hutan mangrove, ada lokasi tanah timbul.
Selama ini, lokasi sekitar hutan mangrove bisa dijaga pihak RW, karena ada wacana akan ditata menjadi kawasan wisata. Karena itulah, jika batal dilaksanakan, maka dikhawatirkan akan ada alih fungsi. Dan yang terparah kawasan hutan mangrove akan rusak.
“Kalau sampai tidak dilaksanakan, saya takut tidak bisa menjaga. Karena tanah timbul akan jadi rumah dan empang. Selama ini, karena ada rencana wisata mangrove, kita menjaga agar pohon mangrove bisa berkembang,” kata Pepep. (*)
Sumber: