Dulu Dijadikan Sandang, Kini untuk Pembungkus Mayat

Dulu Dijadikan Sandang, Kini untuk Pembungkus Mayat

Jumlah perajin kain tenun tradisional “Gadod” di Desa Nunuk Baru, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka semakin berkurang dan rata-rata sudah berusia lanjut. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan dan regenerasi.


RAKYATCIREBON.ID - Salah seorang pengrajin, Edi Nuryadi menuturkan, pihaknya akan terus berusaha menjaga dan mengembangkan Kain Tenun Gadod, sekaligus memberdayakan potensi sumber daya manusia (SDM) di daerahnya. “Saya optimistis kalangan muda di Nunuk Baru ini bisa meneruskan kegiatan tenun,” ujar Wa Obing sapaan akrabnya, Kamis (7/1).

Wa Obing menilai, potensi kalangan muda untuk berkiprah dalam kerajinan Kain Tenun Gadod sangat besar. “Kita akan terus mendorong, sehingga kekayaan Tenun Gadod tetap lestari,” katanya.

Salah seorang perajin kain tenun gadod, Ma Babu Warsim warga Desa Nunuk, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka ini, mengatakan untuk memenuhi kebutuhan sandangnya menenun kain sendiri yang disebut Kain Gadod.

Nenek yang mengaku sudah berusia lebih dari 100 tahun ini mengatakan bahwa kebiasaannya membuat dan menenun kain Gadod sudah dilakukannya sejak dirinya kecil. Turun-temurun dari keluarganya dengan alat tenun yang sudah berusia lebih dari 200 tahun tahun.

“Seingat Ema, sejak zaman Belanda, Jepang, Ema mah sudah diwariskan alat menenun kain gadod ini dari nenek, dan sekarang tinggal 3 orang di Desa Nunuk ini yang bisa menenun kain Gadod ini,” ungkap Ma Babu Warsim di kediamannya.

Ma Babu mengatakan,  dahulu sesuai tradisi orang Sunda selalu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papannya dengan mandiri termasuk membuat pakaian.

“Sayang zaman sekarang, kain tenun buatan Ma, hanya dibeli oleh warga untuk kebutuhan kain kafan untuk membungkus mayat padahal dahulu seingat Ma, warga kampung Nunuk selalu memakai kain Godod ini sebagai bahan pakaian,” ungkapnya.

Apalagi, kata dia, keberadaan bahan baku tanaman kapas (kapas honje) banyak tersedia di Nunuk. “Wilayah Nunuk Baru sendiri luas. Banyak sekali potensi bisa dikembangkan,” jelasnya.

Sebelumnya, seorang perajin Tenun Gadod berusia sekitar 70-an, Maya menuturkan, anak-anak muda di Nunuk belum banyak yang menjadi perajin tenun.

Saat ini, kata dia, jumlah perajin tenun yang aktif sedikit dan sebagian sudah berusia lanjut. Dia mencontohkan, ada Ma Suma dan Suniah.  “Kalau dulu, saya mah sejak kecil sudah aktif menenun. Dan itu berlangsung sampai sekarang,” jelasnya .

Sumber: