Wangsakerta Kenalkan Pupuk dan Pestisida Cair Organik
RAKYATCIREBON.ID – Gaya hidup sehat tengah jadi tren di masyarakat perkotaan. Konsumsi makanan beresidu kimia rendah pun jadi kebutuhan. Sayangnya, sebagian besar produk pertanian masih menggunakan zat kimia dalam jumlah banyak.
Hal itulah yang melatarbelakangi sekelompok anak muda yang bernaung di Yayasan Wangsakerta menginisiasi pembuatan pupuk dan pestisida cair organik. Pupuk dan pestisida ini nantinya bakal didistribusikan ke jariangan petani organik se Ciayumajakuning.
Pendiri Yayasan Wangsakerta, Wakhit Hasim menjelaskan, inisiatif membuat pupuk dan pestisida cair organik sejalan dengan pelestarian alam. Produk pertanian yang menggunakan pupuk dan pestisida organik dinilai lebih sehat. Sebab itu konsumsi makanan organik pun mulai diminati.
Proses pembuatan pupuk cair organik dilakukan di Saung Wangsakerta di Dusun Karangdawa, Desa Setupatok, Cirebon. Ada dua proses pembuatan pupuk cair organik. Pertama dilakukan dengan cara fermentasi. Bahan dasarnya berupa limbah organik basah baik skala rumah tangga maupun libah industri..
“Fermentasi diurai oleh mikro bakteri. Berbahan organik basah, bisa diurai selama 14 hari. Guna memperbanyak bakteri maka diberikan gula. Semakin banyak bakteri semakin cepat penguraian,” ujar dia.
Proses kedua pembuatan pupuk cair organik dilakukan dengan sistem pirolisis. Teknik ini mengandalkan api untuk mendapatkan sari dari limbah organik yang bisa dijadikan pestisida cair. Baik fermentasi maupun pirolisis dapat menghasilkan sari yang bisa digunakan petani untuk merawat tanaman.
“Proses kedua ialah pirolisis. Ini menghasilkan molekul pupuk cair lebih kecil sehingga cepat diserap pori-pori tanaman. Ini sangat efektif diaplikasikan semprot baik dalam keadaan hujan lebat sekalipun,” tambah dia.
Praktisi pembuatan pupuk cair organik, Ishomuddin mengatakan, pirolisis hampir sama dengan destilasi atau penyulingan. Dimana penguraian dilakukan menggunakan api. “Namanya pirolisis dengan pembakaran. Kalau destilasi melalui mekanisme rebus,” ujar dia.
Pirolisis menggunakan sistem pembakaran. Dimana limbah organik kering dibakar dalam drum. Asap yang keluar dialirkan melalui pipa besi melewati drum yang berisi air bersih.
Pertemuan pipa besi yang berisi asap panas dengan air dalam drum akan menghasilkan embun atau terkondensasi. Embun inilah yang dimanfaatkan sebagai pestisida cair.
“Hasilnya ada tiga jenis. Pertama tar berupa cairan yang lebih kental. Kemudian sari organik hasil pembakaran. Dan asap cair,” kata Ishom.
Jika sudah didapatkan, selanjutnya hasil fermentai maupun pirolisis langsung bisa diaplikasikan ke tanaman sebagai pupuk dan pestisida cair organik. (wan)
Sumber: