Mandiri Syariah Terapkan Strategi Customer Centric
Tetap Tumbuh di Tengah Pandemi, Ingin Lebih Dekat dengan Nasabah
RAKYATCIREBON.ID – Peningkatan literasi dan inklusi berbasis customer centric menjadi fokus Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah) sebagai Bank Syariah terbesar di Indonesia. Hal itu diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) yang juga Direktur Utama Mandiri Syariah, Toni E B Subari.
Toni menjelaskan, indeks literasi bank syariah berada di 8,11 persen, sedangkan indeks inklusi di angka 11,06 persen. Sementara itu, indeks literasi bank nasional sebesar 29,66 persen dengan indeks inklusi 67,82 persen.
Menurut Toni, perbankan syariah diprediksi masih terus tumbuh. Apalagi market share perbankan syariah terus menunjukkan peningkatan. Dari sebesar 5,78 persen pada 2017 menjadi 6,18 persen pada Juni 2020.
“Artinya, potensi perbankan syariah masih lebih besar. Apalagi, Indonesia mempunyai jumlah penduduk muslim yang banyak,” ujar Toni saat Media Workshop Literasi dan Inklusi Perbankan Syariah, Jumat (25/9).
Lebih spesifik terkait pencapaian Mandiri Syariah, pria yang juga Toni mengatakan, hingga penghujung Agustus 2020 laba bersih yang dihimpun tumbuh 26,58 persen secara tahunan menjadi Rp957 miliar.
Selain itu, Mandiri Syariah juga berhasil meningkatkan pembiayaan hingga 6,18 persen menjadi Rp76,66 triliun di periode yang sama. Dimana pembiayaan segmen ritel tumbuh 12,52 persen menjadi Rp48,55 triliun seiring strategi fokus yang ditetapkan.
Peningkatan laba bersih dan pembiayaan Mandiri Syariah ditopang pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai 13,17 persen secara menjadi Rp99,12 triliun per Agustus. Sementara itu, rasio non performing finance (NPF) perseroan berhasil ditekan 0,27 persen secara menjadi 2,51 persen di periode yang sama.
Tren yang sama juga terjadi dari sisi pembiayaan dan pendanaan. Pertumbuhan dua indikator ini pada industri perbankan syariah selalu melampaui angka yang diraih perbankan konvensional.
Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) 2015-2020 Fauzi Ichsan mengatakan, data-data dan kondisi saat ini menunjukkan industri perbankan syariah memiliki kemampuan bertahan dari segala dampak negatif yang timbul akibat pandemi Covid-19. “Dengan keterpurukan sektor finansial global tapi perbankan syariah masih resilient,” ujarnya.
Direktur IT, Operations & Digital Banking Mandiri Syariah Achmad Syafii menyampaikan, guna mengoptimalkan potensi, Mandiri Syariah terus menjalankan proses digitalisasi produk dengan fokus pelayanan kepada nasabah atau customer centric.
Mandiri Syariah mengoptimalkan layanan berbasis digital yang sudah dikembangkan sejak beberapa tahun terakhir. Tidak hanya menghadirkan beragam fitur layanan keuangan bagi nasabah, juga mengedepankan unsur empati dan sosial. Ada empat unsur yang dicari konsumer yakni layanan mudah, murah, cepat dan aman.
“Itu kami coba penuhi. Kemudian dari sisi spiritual dan sosial tidak terpisahkan dari layanan kami. Empati itu penting, bagi kami berbagi itu terus kami leverage. Contohnya, dari setiap transaksi nasabah kami selalu tawarkan apakah mereka mau berinfak atau tidak,” ujar Syafii.
Menurut Syafii, pemberian layanan berbasis empati dan kepentingan sosial relevan dengan kondisi pandemi di Indonesia. Alasannya, saat pandemi masyarakat Indonesia semakin banyak yang hendak menyalurkan bantuannya untuk korban terdampak. Tawaran bantuan sosial yang dihadirkan Mandiri Syariah bisa dimanfaatkan calon donatur untuk menyalurkan hartanya.
Sumber: