Christiaan Snouck Hurgronje ‘Telik Sandi’ Hindia Belanda
“Di Parahiangan misalnya sudah lazim, bahwa pernikahan dimulai dengan mengucapkan kalimah syahadat oleh pengantin pria, syarat utama untuk seorang dapat diakui sebagai Muslim dan mungkin juga untuk menyelapkan segala keraguan tentang agama sang pengantin pria,” tulisnya.
Algadri menambahkan, tak mungkin seorang penghulu menikahkan putrinya dengan seorang lelaki yang tak diyakini keislamannya, baik secara lahiriah maupun rohaniah.
Raden Joesoef, putra Hurgronje dari Siti Sadijah, mengatakan kepada Koningsveld bahwa ibunya sangat yakin bahwa suaminya adalah seorang beragama Islam.
“Ibunya mengatakan [kepada Raden Joesoef] bahwa Snouck [Hurgronje] seorang muslimin yang taat, yang rajin sembahyang, berpuasa, dan juga telah disunat,” imbuhnya.
Di titik ini, Kalipah Apo nyatanya tak hanya nama sebuah ruas jalan di Kota Bandung. Ia juga menjadi salah satu sosok pemuka agama yang terlibat langsung dalam sejarah “hubungan mesra” antara Belanda dengan Islam di Nusantara.
Tentu kontroversi yang belakangan mengiringi dalam pernikahan putrinya dengan Snouck Hurgronje tak dapat dihindarkan. Atau meminjam kata-kata Asahan Alham—eksil yang menetap di Belanda: “Sejarah sudah tidak bisa dibetulkan dari belakang”. (wb)
Sumber: