Kisah Tiga Perempuan asal Indonesia di Tengah Pertambangan Australia Barat

Kisah Tiga Perempuan asal Indonesia di Tengah Pertambangan Australia Barat

\"Saya harus bangun jam 4:30 setiap paginya, mulai kerja jam 5:30 pagi dan kita bekerja selama 12 jam setiap hari selama dua minggu,\" katanya.

Yulia sudah bekerja di industri tambang Australia selama 10 tahun, dengan posisi terakhirnya adalah sebagai \'Trade Assistant\' dan \'All Rounder\' di kawasan Pilbara, Australia Barat.

Ia masih ingat saat pertama kali bekerja di pertambangan Australia.

\"Saya deg-degan, merasa tidak nyaman, karena saya satu-satunya perempuan Asia yang kerja di perusahaan itu,\" ujar perempuan berusia 37 tahun ini.

\"Tapi saya punya tujuan, saya melakukan ini untuk keluarga, karena saya adalah tulang punggung mereka, jadi saya paksa untuk bisa mampu dan secara mental siap.\"

Lahir dan besar di Balikpapan, Kalimantan Timur, Yulia mengatakan ayahnya juga pernah bekerja di perusahaan tambang batu bara sebagai pengendara truk.

\"Suatu hari saya bilang ke ayah, \'saya ingin mengendarainya\'. Saya enggak tahu, tapi saya senang mengerjakan hal-hal yang maskulin sejak kecil.\"

Yulia yang seorang ibu tunggal mengatakan ia lebih memilih mengendari truk di lokasi pertambangan, ketimbang pekerjaan sebelumnya.

Ia pernah menjadi pengemudi truk di kota Melbourne, untuk mengirimkan buku-buku sekolah ke seluruh kawasan di negara bagian Victoria.

Menurutnya, salah satu tantangan bekerja di industri tambang Australia adalah \"budaya maskulin barat\", kadang dengan lelucon yang bisa salah kaprah dan penuh kata-kata kasar.

\"Saya tentu tidak membawanya ke hati, saya katakan pada mereka kalau itu tidak benar, meski saya tahu mereka tidak benar-benar bermaksud seperti itu.\"

Bekerja di pertambangan dikenal dengan gajinya yang tinggi, ia mengaku bayarannya bisa mencapai AU$ 2.700, atau lebih dari Rp 25 juta, per pekan setelah pajak.

Tapi bagi perempuan yang ingin bekerja di bidang ini, ia sarankan untuk menyiapkan mental.

\"Kalau benar-benar punya semangat untuk melakukannya, maka kerjakan, tapi kalau setengah-setengah, lebih baik jangan.\"

Saat ia pulang dari tugasnya di lokasi tambang, ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beristirahat, bertemu anak-anaknya atau bersama teman-temannya. (abc)

Sumber: