Anak CT Digaji 51 Juta, Anak HT Digaji 55 Juta, Ini Komentar Warganet

Anak CT Digaji 51 Juta, Anak HT Digaji 55 Juta, Ini Komentar Warganet

RAKYATCIREBON.ID-Enaknya anak Hary Tanoesoedibjo (HT), Angela Tanoesoedibjo, juga anaknya Chairul Tanjung (CT), Putri Indahsari Tanjung. Sudah cantik, muda, kaya lagi. Mereka bahkan bakal semakin kaya raya karena koceknya bertambah dari gaji gede sebagai wakil menteri dan staf khusus presiden.

Sebagai Wamen Parekraf, Angela akan mendapat pemasukan sekitar Rp 55 juta per bulan. Sedangkan Putri, yang menjadi stafsus, akan menerima gaji sekitar Rp 51 juta per bulan.

Aturan soal gaji para stafsus presiden tertuang dalam Perpes Nomor 144/2015 tentang Besaran Hak Keuangan bagi Staf Khusus Presiden, Staf Khusus Wakil Presiden, Wakil Sekretaris Pribadi Presiden, Asisten dan Pembantu Asisten. Berdasarkan beleid itu, stafsus presiden mendapat hak keuangan sebesar Rp 51 juta. Itu merupakan pendapatan keseluruhan dan sudah termasuk gaji pokok, tunjangan kinerja, dan tunjangan pajak penghasilan.

Jubur Presiden, Fadjroel Rachman, membenarkan soal aturan gaji tersebut. Gaji sebesar itu diberikan kerena staf khusus bekerja 1 x 24 jam. Artinya sepanjang hari. Meski tidak harus ngantor ke Istana setiap hari. “Setiap stafsus boleh memberikan masukan kepada Presiden 1 x 24 jam. Tapi tidak harus ketemu dengan Presiden. Jadi, kan enggak setengah-setengah. Kami bekerja 1 x 24 jam,\" kata Fadjroel, di Istana Jakarta, kemarin.
 
Sedangkan untuk aturan gaji wakil menteri tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.02/2015 tentang Hak Keuangan dan Fasilitas Lainnya Bagi Wakil Menteri. Gaji wakil menteri adalah 85 persen dari tunjangan jabatan menteri. Gaji pokok menteri adalah Rp13,61 juta. Artinya, wakil menteri akan menerima gaji pokok Rp 11,57 juta per bulan. Selain itu, wakil menteri juga menerima hak keuangan sebesar 135 persen dari tunjangan kinerja pejabat struktural eselon IA dengan peringkat jabatan tertinggi yang berlaku pada kementerian tempatnya bertugas.

Sebagai contoh, sesuai Peraturan Presiden Nomor 119/2017 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementeriaan BUMN, tunjangan kinerja tertinggi ditetapkan sebesar Rp 33,24 juta per bulan. Artinya, tunjangan kinerja yang diterima wakil menteri BUMN mencapai Rp 44,87 juta per bulan. Jadi total gaji dan tunjangan sekitar Rp 55 juta per bulan. Wakil menteri juga akan mendapatkan sejumlah fasilitas yang tak kalah dengan posisi menteri seperti kendaraan dinas, rumah jabatan, dan jaminan kesehatan.
 
Pengamat politik dari UI, Cecep Hidayat, menyatakan, kebijakan Jokowi menambah staf khusus milenial tidak sejalan dengan kebijakannya yang ingin melakukan perampingan birokrasi. “Di sisi lain banyak staf artinya menambah banyak anggaran,” kata Cecep, kemarin. 

Selain itu, Cecep menilai para staf khusus ini kurang efektif. Karena mereka tidak punya keahlian khusus. Apalagi ada aturan mereka tidak perlu ngantor. “Mestinya ketika diberikan jabatan, tupoksi mereka harus jelas,” ungkapnya.
 
Warganet ikutan berkomentar tentang kehadiran para anak milenial di lingkaran Presiden. Sebagian warganet membandingkan gaji mereka dengan para guru honorer yang hanya Rp 250 ribu per bulan. 

Pesohor Diky Chandra ikut menumpahkan unek-uneknya dengan mengunggah sebuah lagu yang liriknya menggambarkan kondisi negara sekarang. “Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Yang kuasa makin galak dan angkuh, yang berhutang makin boros,\" tulisnya di akun @dikychandra_.

Salah satu followernya, @IwanSumule_86 langsung berkomentar. “Negara kaya. Rp51 Juta untuk yang tidak punya ‘Bidang Tugas’. Paten!,” sebutnya. 

“Yang kaya makin kaya yang miskin miskin. Lirik lagu ini masih urgent,” timpal @AmaqSeruni. “Benar kata Bang Haji Rhoma. Yang miskin makin jungkir balikn” cetus @msubhan.

Staf Khusus Presiden, Aminuddin Ma’ruf, mengaku baru tahu soal gaji tersebut dari media. Dia bilang, akan menerima gaji tersebut karena hak. Mantan Ketum PMII ini menyadari banyak yang meragukan kiprah staf khuss milenial di lingakaran Istana sekarang. Amin tak masalah dengan keraguan tersebut. “Nanti waktu yang bisa menjawab. Dan yang bisa menjawab itu hasil,” katanya, di Jakarta, kemarin. [rmco]

Sumber: