Dandim: Kita Kuat karena Pancasila

Dandim: Kita Kuat karena Pancasila

MAJALENGKA - Komandan Kodim (Dandim) 0617/Majalengka Letkol Arm Novi Herdian SH MM memberikan kuliah umum dengan tema \"Mewujudkan Indonesia sebagai bangsa pemenang dalam era kompetisi global\", di hadapan ribuan mahasiswa Universitas Majalengka 2018, di Aula Auditorium Unma Majalengka yang sedang mengikuti latihan dasar kepemimpinan (LDK), Selasa (10/4). Mengawali kuliah umumnya, Letkol Arm Novi menjabarkan beberapa hal yang harus diwaspadai dalam memasuki era global saat ini. Mulai dari kekurangan sumber energi (minyak bumi), pertumbuhan manusia yang begitu cepat hingga ancaman media sosial (medsos) yang perlu disikapi dengan bijak. Menurutnya, saat ini dunia sedang terjadi kompetisi global. Di mana jauh sebelum ini, hal tersebut juga sudah ada dalam Teori Malthus (1798). “Teori tersebut menyatakan percepatan jumlah penduduk (menyatakan persaingan, red). Jumlah penduduk meningkat seperti deret ukur, ketersediaan makanan dan energi, ”kata Herdian. Ia lalu menjelaskan bagaimana percepatan pertumbuhan penduduk dunia yang berkembang sangat cepat dari masa ke masa. Awalnya dalam mencapai jumlah penduduk 1 miliar di bumi dibutuhkan waktu 130 tahun. Namun ketika penduduk sudah 2 miliar untuk menambah 1 miliar lagi hanya perlu waktu 30 tahun. Bahkan pada masa ke masa pertambahan jumlah pendudukan menjadi 1 miliar hanya memerlukan waktu selama 6 tahun saja. “Daya tampung bumi hanya hanya 3 sampai 4 miliar saja. Dan manusia disamping memerlukan makanan juga memerlukan energi (minyak, red),” jelas Herdian. Karena energi habis, maka munculah Peak Oil Theory. Di mana saat ini energi hayati dunia mulai menurun secara drastis. Hal itu pun juga menjadi salah satu faktor perubahan drastis dari gaya hidup umat manusia. Dari 70 persen konflik dunia dilatarbelakangi oleh permasalahan energi. Hingga yang paling sering terjadi saat ini terdapat di wilayah Timur Tengah. Dari konflik yang sudah terjadi saat ini, masyarakat Timur Tengah mulai bermigrasi ke berbagai belahan dunia. Lebih lanjut Herdian menambahkan, setelah cadangan minyak di daerah Timur Tengah habis, maka nantinya invansi energi akan berpindah ke wilayah equator, seperti Afrika Tengah, Asia Pasifik dan Amerika Latin. Hal tersebut menurut teori diperkirakan terjadi pada saat energi habis di tahun 2043.  Pada saat itu diperikaran jumlah penduduk mencapai 12,3 miliar. Dengan pembagian penduduk non equator berjumlah sebanyak 9,8 miliar penduduk dan wilayah equator mencapai 2,5 miliar jiwa. Ketimpangan tersebut menurut teori yang ia pelajari akan menyebabkan penduduk dari belahan non equator mencari sumber energi lain di daerah equator. “Maka pastinya banyak yang akan mencari energi, pangan dan air ke wilayah yang memiliki penduduk lebih sedikit. Ini yang harus kita waspadai,” ujarnya. Masih dipaparkan Letkol Arm Novi Herdian,  hal itu  akan berlanjut pada kompetisi perekonomian global. Sesuai dengan Theory of Wages (Teori Gaji). Di mana penduduk dari berbagai negara berlomba-lomba memiliki penghasilan terbanyak. Maka dari itu munculah ketimpangan ekonomi. Karena dalam berkompetisi pastinya ada yang kalah dan yang menang. “Yang kalah akan menjadi miskin. Maka ketika tidak mampu bersaing mereka bermigrasi,” ungkapnya. Adapun tantangan bangsa Indonesia selanjutnya adalah medsos. Di mana saat ini penduduk di dunia telah terpaku dengan medsos. Bisa dibayangkan rata-rata seorang manusia bisa menggunakan smartphone hingga 18 jam satu hari. Ia pun mencontohkan bagaimana umat manusia sangat bergantung kepada medsos. Seperti layanan transportasi online yang memiliki ribuan kendaraan akan tetapi bukan punya perusahaan. Manusia yang semakin malas bergerak lantaran sudah bisa mendapatkan keinginan secara online. ”Mau belanja bisa online. Pesan makanan bisa online. Yang dijajah tidak merasa dijajah. Menokohkan penjajah sebagai pahlwan. Ini yang menjadi ancaman perpecahan bangsa,” tukas Novi. Karena di medsos sata ini berseliweran oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Yang membuat postingan dan berpengaruh terhadap perpecahan. Terakhir, Herdian juga mengatakan bahwa ancaman terorisme dan paham radikal. Meski begitu sampai saat ini bangsa Indonesia masih kuat atas pengaruh tersebut. Ia menggambarkan betapa beragamnya suku di Indonesia. Bahkan di masing-masing wilayah memiliki aturan dalam adat istiadat yang berbeda pula. “Kenapa kita kuat? Karena kita punya Pancasila. Dengan Pancasila NKRI kuat,” tegasnya. Namun pendiri bangsa Indonesia, kata Herdian, telah memikirkan dan merumuskan Pancasila sebagai pemersatu bangsa. Dengan keberagaman suku bangsa, ras dan agama tersebut menunjukan bahwa Indonesia merupakan wajah dari dunia saat ini. “Mahasiswa Majalengka harus jadi generasi impian bangsa, jadi pemimpin yang memiliki wawasan kebangsaan. Saya yakin dari yang ada disini akan muncul yang jadi dandim, bupati dan rektor. Mahasiswa Majalengka harus jadi pemenang karena kita adalah negara hebat,” tandasnya.(hsn)

Sumber: