Puluhan Hektare Sawah Mengering, Petani Dihantui Gagal Panen

Puluhan Hektare Sawah Mengering, Petani Dihantui Gagal Panen

\"kekeringan

RAKYATCIREBON.CO.ID  - Sejak dua bulan terakhir hujan sangat jarang terjadi di sebagian wilayah kabupaten Majalengka. Akibatnya, beberapa daerah kering kerontang tiada air, termasuk areal persawahan.

Menurut salah seorang petani asal blok Gembul desa Pangkalanpari kecamatan Jatitujuh, Wadi, sawah seluas  satu hektare miliknya terancam gagal panen kalau kondisi kekeringan tersebut dibiarkan.

Menurut Wadi, sawah miliknya yang terletak di blok Gempol, dan kubang asem, desa Bantarwaru kecamatan Ligung kondisinya sudah sangat memprihatikan. Kondisi sawah yang kering kerontang, membuat pertumbuhan tanaman padi terhambat. Padahal seharusnya hingga dua bulan pasca ditanam, kondisi padi harus sudah berisi.

\"Kalau ini dibiarkan jelas akan mengalami gagal panen yang berimbas kerugian bagi petani. Sebab biaya yang dikeluarkan sudah cukup banyak,\" ujar Wadi kepada Rakyat Majalengka, Senin (29/1).

Diakui Wadi, petani sudah mengeluarkan banyak biaya baik itu pemeliharaan. Ditambah memompa air dari sungai Sindupraja agar sawah miliknya masih tetap terairi. Satu hektare diperlukan biaya bersih sebesar Rp5 juta. Biaya tersebut hanya untuk bibit dan pemeliharaan selama masa tanam.

Kalau ditambah biaya untuk memompa air, dirinya memperkirakan dalam satu hektare menghabiskan biaya Rp2-3 juta. Biaya tersebut sudah termasuk sewa pompa air dan pembelian bahan bakar.

\"Yang membuat kami tambah pusing adalah kondisi sungai yang kering. Biaya besar tidak jadi masalah kalau pasokan air tersedia. Kami masih bisa gotong royong dengan petani lain untuk mengairi sawah. Nah sementara ini kan sungainya juga kering,\" ujarnya.

Hal serupa juga diutarakan petani lainnya di desa Pangkalanpari, Wakam. Sawah miliknya seluas 3 hektare juga terancam gagal panen akibat kekeringan. Bahkan, di blok Gempol dan Kubang Asem ada sekitar 50 hektare sawah yang terancam gagal panen.

Hingga saat ini Wakam sudah menghabiskan biaya sekitar Rp21 juta. Rinciannya Rp15 juta untuk biaya tanaman dan pemeliharaan seluas 3 hektare. Sementara Rp6 juta untuk mengairi sawah. \"Kalau sampai gagal panen, para petani akan mengalami kerugian yang cukup besar,\" tandasnya.

Petani selama ini hanya mengandalkan air hujan atau irigasi untuk pengairan di areal persawahan. Sejak hujan jarang turun, debit air irigasi pun berkurang. Petani terpaksa mencari solusi pengairan lain, seperti menggali sumur.

Wadi dan Wakam berharap, pemerintah melalui dinas terkait kedepan harus memperbaiki saluran irigasi agar kejadian seperti ini tidak terus berlanjut dan menjadi masalah petani setiap tahun.

\"Harapannya, irigasi jangan hanya dibuat di pinggir jalan saja, akan tetapi harus masuk kedalam juga. Sebab setiap tahun masalah kekeringan seperti ini tidak kunjung usai,\" ujarnya.(hsn)

Sumber: