Kuncen, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Kuncen, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

KUNINGAN - Ungkapan pahlawan tanda jasa yang tersirat dalam tembang hymne guru karya Sartono, nampaknya cukup jelas maknanya. Dimana pada masanya, guru merupakan sosok pahlawan yang benar-benar memberikan seluruh hidupnya demi mencerdaskan kehidupan bangsa.
\"penjaga
Penjaga makam keramat Winduherang. Foto: Aleh/Rakyat Cirebon 
Setali tiga uang, peran seorang kuncen (juru kunci, red) dalam merawat dan menjaga makam para leluhur yang merupakan para pejuang nampaknya patut diberikan gelar pahlawan tanda jasa. 

Pasalnya banyak dari mereka yang mengabdikan hidupnya hanya untuk menjaga petilasan yang syarat akan sejarah ini tanpa mendapatkan ganjaran materi yang sebanding.

Sebut saja Madkarim (68) seorang Kuncen atau penjaga makam keramat di Kelurahan Winduherang saat ditemui, menyayangkan minimnya bentuk perhatian Pemkab Kuningan terhadap perawatan makam-makam atau tempat sejarah yang ada.

”makam/petilasan yang berada disini kurang ada perhatianya kang, padahal disini (winduherang,red) adalah asal muasal terbentuknya Kuningan, tetapi tidak demikian dengan perhatian dari pemerintahannya itu sendiri, berkunjung kesini pun hanya satu tahun sekali, menjelang Hari Jadi Kuningan, setelah itu selesai,\" keluhnya.

Ia mengungkapkan seraya menunjukan letak beberapa makam yang ada “Disini terdapat Makam-makam bersejarah, diantaranya Tabet/Patilasan (penyimpanan pusaka kuningan), di sebelah barat ada Makam Pangeran Adipati Ewangga, Makam Pangeran Ramajaksa Patikusuma, mereka adalah Para leluhur Kuningan terdahulu ini juga merupakan Pahlawan, Pahlawan untuk Kuningan bahkan untuk dunia. “Pahlawan yang berjuang membela tanah air, berjuang untuk syiar Islam,” ungkapnya

Informasi yang dihimpun Rakyat Cirebon, Madkarim sudah 50 tahun menjadi kuncen disini setelah sebelumnya kuncen tersebut ialah Bapak Warta, yang merupakan orang tuanya sendiri dan sudah menjadi kuncen pada zaman penjajahan dulu.

“Kini dilanjutkan oleh putranya, Udin untuk meneruskan wasiat terdahulu yang konon tidak bisa digantikan oleh orang lain yang bukan keturunan,\" tuturnya.

Sementara itu, Madkarim sendiri mulai menggeluti menjadi Kuncen sejak honor Rp50.000 dan perlahan naik ketika zamannya Bapak Mashud memberikan perhatian dan menaikannya menjadi Rp100.000.

“Saya beserta keluarga sangat Ikhlas menjaga dan membersihkan pagi dan sore peninggalan sejarah Kuningan ini karena ini sudah menjadi tanggungjawab yang harus di laksanakan, saya hanya berharap kepada Dinas terkait untuk bisa lebih memberikan perhatian kepada tempat bersejarah ini, karena ini milik Kuningan bukan milik winduherang,\" harapnya.

Selain itu, dirinya juga berharap agar diperhatikan juga untuk sarana yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugasnya, selama ini yang diberikan itu hanya honor saja, sementara untuk alat kebersihan seperti sapu, pemotong rumput, dan lain sebagainya itu harus dibeli dari honor yang diterima.

“Dengan upah honor yang sangat minim, saya harus mengeluarkan juga biaya untuk membeli peralatan itu, dan ini sudah terjadi dari Pemerintahan sejak dahulu,\" pungkasnya. (ale)

Sumber: