Gula Disegel, Pemerintah Dinilai Gagal Bantu Rakyat
Senin 28-08-2017,11:00 WIB
CIREBON - Disegelnya gula petani yang berada dibeberapa Pabrik Gula (PG) di Kabupaten Cirebon, mendapat sorotan berbagai pihak. Salah satunya anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar, Dave Akbarshah Fikarno yang menilai terdapat kebijakan salah yang diberlakukan oleh pemerintah.
Menurut Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Cirebon itu, kebijakan penyegelan gula petani sama halnya dengan mematikan ribuan nyawa. “Para petani ini sudah menanam berahun-tahun, pada saat sudah memanen, ternyata malah disegel, itu mematikan para petani,” tegasnya kesejumlah awak media, kemarin.
Pasalnya, para petani yang telah bertahun-tahun menanam, berharap untuk bisa mendapatkan hasil yang cukup dari hasil panen. Tetapi ketika hasil panennya malah disegel, itu merupakan kedzaliman pemerintah.
Belum lagi, sampai sejauh ini, terang dia belum adanya solusi yang jelas yang diberikan oleh pemerintah. Padahal, untuk bisa sampai memanennya, petani telah mengeluarkan pembiayaan yang tidak sedikit.
“Sedangkan mereka pun memiliki tanggungan, baik tanggungan untuk keberlangsungan bertani tebu mapun tanggungan membiayai keluarga untuk biaya hidup sehari-hari, maka disegelnya itu, merupakan kedzaliman pemerintah yang gagal mengawal rakyat,”tegasnya.
Maka dari itu, ia mengaku hadir sebagai upayanya untuk menyerap aspirasi dari masyarakat Cirebon, dan para petani tebu khususnya. Ia mengaku telah memilih data dan mendengar secara langsung keluhan petani.
Maka dari itu, bentuk keberpihakan dirinya dengan petani tebu Cirebon, ia menegaskan akan menyelesaikan persoalan tersebut, dengan melakukan kordinasi kepada kementrian terkait.
“Akan kita perjuangkan, agar segera mengeluarkan solusi yang jelas dan tindakan yang tegas yang memiliki keberpihakan kepada para petani,” tuturnya.
Menurutnya, persoalan disegelnya gula petani, tidak hanya berdampak pada petani secara pribadi saja, tetapi lebih dari itu memiliki dampak yang yang luas.
Ia menggambarkan tentang kehidupan keluarga petani yang hanya mengandalkan dari hasil panen tebu.
Tentunya,terang dia, manakala terjadi demikian, pendapatan dari hasil panen tersebut tidaklah ada, maka nyawa pun dipertaruhkan ketika kepala keluarga hanya berpegang pada penghasilan hasil panen tebu. “Puluhan keluarga ternodai karena kebijakan pemerintah ini,” ucapnya.
Ia menilai, dengan beredarnya informasi seputar harga gula yang telah dipatok oleh bulog, menurutnya pemerintah mestinya menggunakan harga jual tinggi, bukan harga jual rendah.
Lebih dari itu, ia menegaskan bahwa pemerintah harus bisa menyerap gula petani, jangan sampai ketika persoalan gula minim, cara menyelesaikan persoalan tersebut dengan diadakannya impor.
“Gula kita sebenarnya banyak, kenapa malah membeli gula dari Cina misalkan, itu malah akan mematikan para petani Indonesia,” jelasnya.
Sementara, H Surma Petani dari PG Tersana Baru menyampaikan bahwa harga gula ditahun ini, merupakan harga terparah. Pasalnya pemerintah telah memberlakukan Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp12.500 tetapi malah di terima Bulog dengan harga sangat rendah, yakni Rp9.700.
Lebih dari itu, yang telah terjual dari periode satu sampai periode sepuluh masa giling tebu, diakuinya baru satu periode yang berhasil dilelang. “Harganya pokoknya saja saja Rp10.500, masa mau dijual Rp9.700, petani wis entong bebek entong ayam (habis bebek habis ayam, red),” pungkasnya. (zen)
Sumber: