Pebisnis Retail Ungkap 20 Tahun Lagi Belanja Online jadi Tren
Selasa 01-08-2017,02:00 WIB
CIREBON – Berbelanja produk online atau lazim dikenal online shop belakangan mulai ramai. Hampir semua produk bisa didapatkan dengan online shop. Alasan mudah dan praktis banyak orang tertarik menjadi pebisnis atau konsumen online shop dadakan.
|
Tjipto Suparmin (tengah). Foto: Suwandi/Rakyat Cirebon |
Sayangnya, tren online shop sangat rawan kecurangan. Mulai dari keaslian produk, sampai dengan penipuan masih menjadi kendala online shop di Indonesia belum menjadi pilihan utama berbelanja aman.
Hal itu dikemukakan oleh Tjipto Suparmin, Arema Meneger PT Matahari Departement Store Tbk. Menurut Tjipto, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap online shop masih terbilang rendah untuk itulah berbelanja langsung berbagai kebutuhan masih menjadi pilihan.
“Cuma di Indonesia saya percaya masih lama, 20 tahun lagi. Butuh trust untuk online dan di Indonesia masih butuh waktu panjang, nah inilah yang kita manfaatkan,” ungkap Tjipto kepada Rakyat Cirebon.
Di sisi lain, kata dia, menguatnya tren online shop justru akan menjadi ancaman bagi pebisnis retail dan pengusaha mall. Tjipto menuturkan, di Amerika dan China, banyak mall bangkrut gara – gara menguatnya tren online shop.
“Momok yang paling bahaya itu adalah online sebetulnya. Karena di Amerika dan China banyak mall yang sudah tumbang sampai 1000 mall tutup di Amerika karena adanya amazone.com, karena pemasarannya menggerus retail – retail yang ada,” jelasnya.
Ditambahkan, tren online shop kerap menawarkan produk dengan promo menggiuarkan. Lengkap dengan foto produk yang menarik, produk online shop kadang dijual dengan harga jauh lebih murah dibanding harga toko untuk produk yang sama.
“Karena online itu asyiknya dengan gambar. Gambarnya bagus nyampe pelanggan luar biasa ngaco. Misalnya, brand Nike Rp200 ribu, itu kan nggak ada,” tegasnya.
Tjipto menyadari, tren online shop termasuk salah satu gaya hidup modern yang keberadaannya tidak bisa dibendung. Untuk itu, perlahan – lahan, Matahari juga mengembangkan pemasaran melalui online. Hal ini sebagai antisipasi menguatnya tren online shop.
“Tapi mereka (pebisnis online, red) jual konsep. Kalau mereka ciptakan trust makin tinggi, kami juga worry. Maka dari itu kami tidak berhenti berinovasi. Baik online maupun retailnya, kami juga punya onlinenya, untuk mengimbangi,” tutupnya. (wan)
Sumber: