Impor Garam Mematikan Petani Kecil

Impor Garam Mematikan Petani Kecil

MUNDU - Petani garam desa Waruduwur, Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon, sumringah. Karena, saat ini harga garam krosok berada dikisaran harga Rp3 ribu per kilogram. Hal ini disebabkan, karena minimnya ketersediaan stok di pasaran. Selain itu juga karena petani garam sendiri, baru selesai memperbaharui tempat hamparan garam.
\"petani
Petani panen garam di Mundu. Foto: Zezen/Rakyat Cirebon
Menurut salah seorang petani garam desa setempat, Damian, harga garam yang melambung kisaran Rp3 ribu per kilogram di tingkat petani disebabkan banyaknya petani garam yang memperbaharui tempat garam. Sehingga, ketersediaan garam di pasaran menipis dan berdampak pada harga tinggi. \"Sudah menjadi tradisi ketika barang menipis, harga melambung,\" ujarnya, Rabu (26/7).

Damian menceritakan, sekitar Januari lalu petani garam di desa ini membenahi tempat hamparan garam dan berulang kali diganti dengan air laut yang baru, guna menghasilkan kristal garam. Sekitar Mei, petani garam baru produksi dengan mengisi hamparan tersebut dengan air laut dan bulan ini mulai memanen. 

\"Saat ini petani garam sangat senang, karena harga yang terus naik. Selain itu, tak perlu menunggu lama untuk mendapatkan pembeli. Saat ini ada garam, langsung terjual,\" katanya.

Senada dikatakan petani garam lainnya, Tasirun. Saat ini para petani sedang semangat memproduksi garam, karena harga yang sangat tinggi. Namun rasa khawatir tetap ada, berupa impor garam dan cuaca yang mendung. 

\"Faktor cuaca sangat berpengaruh pada produksi garam yang masih menggunakan cara manual. Yakni berupa panas matahari. Selain itu, kran impor yang kemungkinan besar akan dibuka, dapat berdampak pada menumpuknya garam lokal dan menurunkan harga. Saya harapkan, pemerintah jangan membuka impor garam terlebih dahulu,\" harapnya.

Maka dari itu, ia menilai manakala akan ada pembukaan impor, diakuinya pemerintah tak berpihak pada rakyat kecil. Sehingga ketika musim panen tiba, hasil jerih payahnya akan sia-sia. 

“Musim sekarang ini, menjadi panennya para petani garam, karena harganya cukup sebanding dengan jerih payah yang telah dikeluarkan, tetapi ketika akan ada impor, tentunya nasib itu tidak lagi berpihak pada petani garam kecil seperti kami ini,”tutupnya. (zen)

Sumber: