Gotong Royong Ganti Welit Petilasan Ki Buyut Gesik

Gotong Royong Ganti Welit  Petilasan Ki Buyut Gesik

TENGAHTANI – Masyarakat Desa Gesik, Kecamatan Tengahtani, Kabupaten Cirebon menggelar buka kirab (Memayu Buyut ) atau penggantian welit di petilasan Ki Buyut Gesik dan Balai Panjang Ki Krapyak. Ini sebagai tradisi adat yang dilakukan dalam satu tahun sekali.
\"memayu
Petilasan Ki Buyut Gesik. Foto: Dandy/Rakyat Cirebon 
Penggantian welit (atap pondok petilasan, red) sudah menjadi tradisi adat yang dilakukan masyarakat bersama Pemerintah Desa Gesik. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan di pertengahan bulan Syawal.
Kuwu Gesik Agus Suara mengatakan, buka kirab atau  ganti welit ini merupakan kegiatan adat. Penggatian welit ini dilakukan masyarakat  dengan  gotong royong.

Sebelum penggantian welit, lanjut Agus, masyarakat  melakukan doa bersama di dua situs milik desa tersebut sebagai tradisi. “Atap dari bangunan sejarah ini dari daun alang-alang, sehingga dalam satu tahun sekali kami mengganti atapnya dengan yang baru, agar tempat sejarah ini tetap terawat kondisinya,” ungkap Agus.

Agus menjelaskan, dalam agenda adat tersebut pihaknya bersama masyarakat membersihkan pusaka peninggalan dari Ki Buyut Gesik maupun dari Ki Krapyak, yang ada di  petilasannya.

“Kegiatan buka sirap tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya karena kami menggelar pagelaran wayang. Pagelaran wayang ini sudah menjadi tradisi yang mampir hilang. Dan tahun ini kami adakan digabungkan dengan kegiatan buka sirap,” tandasnya.

Sementara itu, salah satu warga Desa Gesik, Arohman yang ditemui saat melakukan buka sirap  menjelaskan, tradisi adat di Desa Gesik bukan hanya satu. Tetapi masih banyak tradisi  yang masih dikembangkan di desa, seperti mider buyut. 

“Mider buyut mengarak pusaka peninggalan Ki Buyut Gesik keliling desa, dan itu hanya dilakukan ketika dibutuhkan saja, seperti jika ada masyarakat yang mimpi Ki Buyut Gesik. Atau banyaknya masyarakat yang terkena penyakit cacar sebagai tanda Ki Buyut Gesik mau arak,” jelas Arohman.

Dikatakan Arohman, dalam tradisi ini masyarakat menyakini tongkat peninggalan Ki Buyut Gesik ini bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit terutama cacar. 

Dalam kegiatan mider buyut, lanjut dia,  masyarakat menunggu di depan rumahnya masing-masing sambil membawa ember berisi air untuk antri mendapatkan sentuhan dari tongkat tersebut yang dicelupkan dalam ember masing-masing.

“Terakhir mider buyut dilakukan pada tahun 2013 lalu, setelah itu belum ada lagi. Karena memang tergantung wangsit yang diberikan Buyut Gesik kepada masyarakat desa,” katanya. (dym)

Sumber: