Semua Doa di Raudhah
Jumat 02-06-2017,00:00 WIB
PERJALANAN ke tanah suci merupakan pengalaman pertama bagi penulis. Berbeda dengan sejumlah jamaah Salam Tour yang mengaku sudah beberapa kali melaksanakan ibadah umrah.
|
Buka bersama di masjid Nabawi. Foto: Pai/Rakyat Cirebon |
Bagi yang baru melaksanakan umrah dengan yang sudah “biasa” umrah, tujuannya sama ingin beribadah secara khusyuk di masjid-masjid suci yang ada di Arab Saudi. Sama-sama ingin berdoa di tempat yang baik, semata-mata untuk mendapatkan ridha-Nya.
Perjalanan selama 9 jam di atas pesawat dan perbedaan waktu antara Indonesia dan Arab Saudi, membuat waktu puasa bertambah 4 jam. Total kami harus berpuasa dan berbuka puasa dengan waktu Madinah menjadi 18 jam.
Tapi jemaah umrah Salam Tour tidak ada yang batal puasa. Meski secara aturan orang yang bepergian mendapatkan rusoh (keringanan) untuk berbuka puasa. Namun kami memilih untuk menyelesaikan puasa dan berbuka di Madinah.
“Sebaliknya, berbeda saat kita pulang dari Arab Saudi ke Jakarta, waktu puasanya lebih cepat 4 jam juga,” kata Direktur Salam Tour, H Dede Muharman Lc.
Tiba di Kota Suci, Madinah semua jemaah dilanda kelelahan. Banyak yang memilih tidur, termasuk penulis. Namun tak ingin kehilangan berkah, . saya bersama dua rekan satu kamar membuat siasat agar sejumlah ibadah tetap terlaksana dengan baik.
Saya sengaja tidur dan bangun sekitar pukul 01.00 dinihari dan segera santap sahur. Sekitar 30 menit menghabiskan sahur, kami langsung bergegas ke Masjid Nabawi untuk salat Isa dan Tarawih yang tidak sempat dilaksanakan karena kelelahan.
Siasat datang lebih cepat ke Masjid Nabawi ternyata berhasil. Pasalnya kami bertiga bisa duduk di shap depan hanya sekitar 3 shap saja dari poisis imam. Dan hanya berjarak beberapa meter saja dari Raudhoh, tempat di Masjid Nabawi yang dianggap paling mustajab untuk berdoa. Tempat tersebut merupakan tempat turunnya rahmat dan tempat salat serta berdoanya Rasulullah SAW.
Tempat tersebut sudah dipenuhi sesak jamaah jauh selepas tarawih hingga menjelang subuh. Bahkan saat salam kedua salat subuh belum berhenti, total ribuan jemaah langsung berebutan untuk bisa berdoa dan salat dua rakaat di tempat itu, yang hanya ditandai dengan karpet warna hijau. Dengan susah payah dan perjuangan keras akhirnya kami bisa ke tempat tersebut!
Tak mau menyia-nyiakan kesempaatan sangat langka itu, sambil menagis semua doa langsung ditumpahkan. Lega rasanya bisa berdoa di tempat tersebut dan dalam hati ada kerinduan untuk bisa berdoa kembali di tempat yang paling diberkahi tersebut.
Di awal ibadah umrah ini, sengaja saya lebih memilih menghabiskan waktu di dalam Masjid Nabawi dan berkunjung ke makam Rasulullah yang ada di dalam komplek Masjid Nabawi, sekaligus berburu informasi tentang Masjid Nabawi.
Saat itulah bertemu Jaenal Abidin, warga Purwakarta Jabar yang bertugas sebagai Mushap yakni bertugas membersihkan dan merapikan Alquran yang ada di Masjid Nabawi. Kepada Rakcer ia mengaku untuk tugas-tugasnya itu diberi upah sekitar 500 real atau setara 1,9 juta dengan kurs real Rp3.800.
Menurutnya, di masjid suci itu ada sekitar 50 pekerja asal Indonesia, termasuk dirinya. Para pekerja Indonesia itu tersebar di beberapa divisi dan rata-rata sudah cukup lama. Jaenal mengaku sudah 9 tahun bekerja di tempat itu dan baru 2 kali pulang ke Indonesia.
Menurut Jaenal, jumlah pekerja di Masjid Nabawi mencapai 3 ribu lebih dan terbagi dalam 3 ship. \"Ada dua kelompok pekerja di sini, yang pertama yang menjaga pintu itu khusus orang Arab dan langsung dapat gazi dari pemerintah. Sedangkan para pekerja kasar seperti saya ini dari luar Arab dan gajinya bukan dari pemerintah, melainkan dari konsorsium Bin Laden,\" jelasnya.
Hal itu dibenarkan H Akmaludin asal NTB yang sudah 2 tahun bekerja sebagai tukang pasang marmer Masjid Nabawi atau Nadofah dengan honor 1500 rial/bulan.
Menurut dia, ada beberapa petugas di Masjid Nabawi, diantaranya nadopah \"mushap ziana” bertugas membersihkan karpet sahat (tukang sapu), hamam (petugas toilet), petugas parkir atau murakit. Nelum ditambah dengan petugas yang membukakan payung di halaman dan tengah masjid.
Akmaludin mengatakan, cara kerja di Nabawi sangat ketat. Di bulan Ramadan ini jam kerjanya ditambah, kerja mulai jam 9 dan pulang jam 9 malam. Namun khusus untuk pekerja yang bertugas di dalam mesjid non stop 24 jam yang digilir oleh 3 ship.
Di Masjid Nabawi sangat mudah mendapatkan air zam-zam. Dalam sehari ada 10 ribu galon berisi 10-20 liter air zam-zam tersedia di setiap sudut masjid, dan di bulan Ramadan ini air zam-zam terus ditambah hingga 50 persen dari hari biasanya, (pai)
Sumber: