Kamis 23-03-2017,08:00 WIB
|
Ilustrasi istri kena razia petugas. image by jawapos.com |
SEJATINYA istri ibarat pakaian bagi suaminya. Setiap pasangan harus bisa saling menjaga kehormatan dan saling menyayangi, demi keutuhan bahtera rumah tangganya. Tetapi Tini (32), malah mengkhianati kepercayaan yang diberikan Tono (40). Ini kisah selengkapnya, pasutri asal salah satu desa di Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka.
Demi memenuhi nafkah keluarga, Tono berpamitan kepada Tini, istrinya dan kedua anaknya untuk berangkat ke Bekasi. Di sana, Tono bekerja sebagai kuli bangunan di sebuah proyek, bersama teman-teman satu desanya. Kalau Tono tidak bekerja, memang keluarganya akan makan apa? Begitulah tekad Tono sebelum pergi.
Pergilah Tono ke luar kota. Tini rupanya sudah menyusun banyak agenda sebelum kepergian suaminya. Agenda biasa saja, sampai agenda untuk berbuat asusila. Agenda biasa saja, seperti Tini sering melakukan kebiasaan lamanya joget di atas panggung ketika ada orang hajatan.
Saat Tini sering naik panggung, joget saat ada orang hajatan, banyak warga yang mencibirnya. Namun, warga masih maklum karena dipikir mungkin itu cara Tini mengusir kesepian karena ditinggal Tono pergi ke luar kota.
Tini rupanya semakin menjadi-jadi. Ia sering pergi-pergi, pernah juga sampai pulang pagi. Menurut penuturan warga, kalau menjelang maghrib Tini pergi ke arah Cirebon. Pulangnya nanti dini hari atau sudah pagi.
Warga boleh saja curiga apa saja. Tetapi tidak ada bukti yang pasti. Hingga suatu ketika, ada kabar yang datang ke aparat desa, kalau Tini terkena razia. Razia apa? Ternyata razia penyakit masyarakat yang dilakukan oleh Satpol PP Kabupaten Cirebon.
Tini tidak bisa pulang, namun dititipkan di Balai Rehabilitasi Sosial Bina Karya (BRSBK) Palimanan, Kabupaten Cirebon. Saat tertangkap petugas, Tini sedang bersama laki-laki lain di hotel kelas melati di Kabupaten Cirebon.
Suaminya pun dihubungi aparat desa untuk pulang kampung, karena ada masalah yang harus dibereskan. Saat mengetahui Tini kena razia asusila, Tono anehnya tidak marah. Ia justeru merasa kasihan kepada Tini dan meminta tolong kepada aparat desanya untuk mengeluarkan Tini dari balai rehabilitasi.
Upaya aparat desa untuk mengeluarkan Tini ternyata gagal. Tini diharuskan untuk mengikuti pembinaan di balai tersebut. Tini harus menginap untuk beberapa hari, sebelum akhirnya sadar dan bisa dipulangkan.
“Saya sudah berusaha mendatangi kantoor BRSBK Palimanan,untuk bisa membawa pulang Tini, tapi ternyata tidak bisa karena prosedurnya memang orang yang terkena razia harus diberikan pembinaan,” jelas En, salah seorang perangkat desa setempat kepada koran Rakyat Majalengka. Kini Tini selain harus menanggung akibatnya. Menyesali apa yang sudah dilakukannya saat Tono pergi. (pai)