Minggu 26-02-2017,09:00 WIB
CIREBON - Sebuah perusahaan ternama asal Korea Selatan (Korsel) telah menjajaki kemungkinan kerjasama dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Cirebon. Investor asal Korsel menawarkan kerjasama pengolahan air laut menjadi air tawar siap konsumsi atau proses desalinasi.
|
Walikota Nasrudin Azis bersama Direktur PDAM Sopyan Satari (kiri). Foto: Fajri/Rakyat Cirebon |
Bahkan, investor tersebut pun sudah menyampaikan presentasi di hadapan direksi PDAM Kota Cirebon. Bila deal, investor menyiapkan semua perangkat untuk menunjang proses desalinasi. Kedatangan mereka tak lama berbeda dengan kedatangan Duta Besar Korsel untuk Indonesia, Cho Tai-Young ke balaikota menemui Walikota Cirebon, Drs nasrudin Azis SH.
“Memang sudah ada investor yang datang ke kita dan menawarkan kerjasama untuk proses desalinasi. Mereka ingin mengolah air laut menjadi air tawar bahkan siap untuk dikonsumsi. Rencananya, bisnis itu akan digulirkan bersama PDAM,” ungkap Direktur Utama PDAM, Sopyan Satari SE MM, saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin.
Namun demikian, pria yang akrab disapa Opang itu mengaku, pihaknya harus terlebih dahulu melakukan kajian secara komprehensif mengenai tindaklanjut dari penjajakan kerjasama tersebut. “Kita tertarik untuk mengatasi kemungkinan kelangkaan air. Tapi kita juga perlu mengkaji daya beli masyarakat dan aspek lainnya kalau kemudian kerjasama itu disepakati,” ujarnya.
Hal itu perlu dilakukan, kata Opang, karena harga untuk air hasil desalinasi yang telah dihitung pihak investor, terlampau tinggi. Disebutkan Opang, harganya mencapai USD5,6/m3. “Harganya sangat mahal. Karena memang proses desalinasi menggunakan teknologi yang tidak murah,” kata dia.
Menurut Opang, harga yang diperkirakan itu jauh dari jangkauan konsumen PDAM, bahkan masyarakat Cirebon. Bahkan, bila dibandingkan dengan harga pokok produksi maupun harga jual air PDAM, jauh lebih tinggi. “Harga pokok produksi kita sekarang Rp3.394/m3 dan harga jualnya 3.504/m3,” katanya.
Oleh karena itu, Opang menilai, tawaran investasi itu belum tepat bila dijajaki. Persoalan harga jual yang tinggi, dikatakan Opang, diperkirakan sulit untuk bersaing di pasaran. “Jadi untuk saat ini belum memungkinkan,” tandasnya. (jri)