Pembangunan Jembatan Sumurwuni Tak akan Selesai

Pembangunan Jembatan Sumurwuni Tak akan Selesai

Ketua Komisi B Perkirakan ada Perencanaan yang Keliru, Minta DPUPESDM Turun Tangan

KEJAKSAN – Ketua Komisi B DPRD Kota Cirebon, Ir H Watid Sahriar MBA angkat bicara mengenai dua kali ambruknya kerangka jembatan di RW 07 Sumurwuni Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti.
\"proyek
Proyek jembatan Sumurwuni. dok. Rakyat Cirebon

Ia meyakini, proyek senilai Rp1,1 miliar itu tidak akan selesai pada batas waktu akhir 21 Desember pengerjaan proyek infrastruktur yang pembiayaannya bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) itu.

“Enggak mungkin selesai. Waktu tersisa tinggal berapa hari lagi, tapi kondisinya masih sangat jauh dari ideal. Bahkan, terlihat hanya ada rangka besi pada satu sisi di lokasi pembangunan jembatan itu,” ungkap Watid, saat ditemui di kediamannya, Jumat (16/12).

Politisi Partai Nasdem itu juga meminta kepada Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi dan Sumber Daya Mineral (DPUPESDM) untuk melakukan pengecekan, guna memastikan penyebab ambruknya kerangka jembatan sampai dua kali tersebut.

“DPUPESDM agar memeriksa, persoalan itu ada di perencanaannya atau pelaksanaannya. Yang pasti jangan tergesa-gesa menuduh pelaksana. Kecuali ada dasarnya, misalkan ada penyimpangan dalam perencanaannya, ya berarti memang pelaksana yang salah,” tuturnya.

Atas kejadian itu, Watid juga mempertanyakan kinerja pengawas atau konsultan supervisi dalam proyek tersebut, termasuk pengawasan DPUPESDM.

Ia memperkirakan, penyebab ambruknya kerangka jembatan Sumurwuni sebanyak dua kali dipicu perencanaan yang tidak matang dan menyesuaikan medan pembangunan.

“Kemungkinan perencanaannya tidak matang. Yang jadi pertanyaan itu, bagaiamana konsultan dalam melaksanakan tugasnya? Mestinya kalau medan pembangunannya itu di sungai, arus airnya dialihkan dulu ke sisi sebelah yang tidak sedang dibangun,” paparnya.

Selain itu, Watid mempertanyakan waktu pengerjaan proyek yang masuk dalam paket proyek DAK infrastruktur itu.

Menurutnya, pengerjaan proyek saat musim penghujan memiliki resiko gangguan yang cukup besar. Apalagi ketika konsturuksi yang baru selesai dibangun, kemudian dihantam aliran air sungai yang deras.

“Kenapa juga harus di musim hujan? Ini juga harusnya diperhitungkan. Apalagi, karena konstruksi itu ada umurnya, maka ketika misalkan adukan masih belum kering, kemudian diterjang aliran air deras ya wajar saja ambruk,” jelasnya.

Lantas, mungkinkah tiang penyangga jembatan digeser ke bagian tanah atau daratan di sisi sungai?

Watid menilai, hal itu bisa saja dilakukan untuk menghindari hantaman aliran air. Pasalnya, bila tiang penyangga didirikan di badan sungai, maka selalu akan dihempas aliran air yang deras.

“Sangat mungkin kalau tiangnya digeser ke daratan. Tapi konsekuensinya, balok atau lapisan besinya harus yang memiliki ketebalan 1 meter seperti halnya fly over. Kemudian mau tidak mau konstruksinya dibuat agak melengkung ke bagian atas,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, minimnya progress pelaksanaan proyek pembangunan infrastruktur yang menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK), selain karena kesengajaan, faktor alam juga berpengaruh.

Buktinya, pada proyek pembangunan jembatan di RW 07 Sumurwuni Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti.

Sampai H-6 kemarin (15/12), karena deadline pengerjaan proyek DAK pada 21 Desember, pembangunan jembatan itu belum bisa dilaksanakan maksimal.

Terlihat hanya ada kerangka besi dan kayu penyangga pada salahsatu sisi sungai yang akan dibangun jembatan.

Keterlambatan itu terjadi karena faktor alam, yakni selain tekstur lapisan tanah pada dasar sungai yang dianggap labil.

Derasnya aliran air bercampur lumpur ketika hujan turun pun menjadi pemicu utamanya. Alhasil, sudah dua kali kerangka jembatan yang sudah terpasang, ambruk dan hanyut terbawa aliran air.

Salahsatu pekerja, Sutari mengaku, pembangunan jembatan yang menghubungkan RT 02 dan RT 03 di RW 07 Sumurwuni itu sudah mengalami dua kali ambruk.

Pertama, disebutkan Sutari, terjadi pada bulan lalu dan yang kedua kali terjadi pada akhir pekan lalu.

“Kalau yang ambruk pertama kali itu baru terpasang kerangka besinya, tapi ambruk dan hanyut terkena aliran air yang sangat deras. Nah, yang kedua kali, sudah dicor dan hampir jadi jembatannya, tapi ambruk juga pada Jumat malam pekan kemarin,” jelas Sutari. (jri)

Sumber: