Enggar Segera Kumpulkan Pengusaha Garam

Enggar Segera Kumpulkan Pengusaha Garam

Minimalisir Garam Impor, Minta Serap Garam dari Petani Lokal

WERU – Persoalan yang melanda petani garam di Kabupaten Cirebon, ternyata sudah sampai ke meja Menteri Perdagangan (Mendag), Drs Enggartiasto Lukita.
\"Enggartiasto
Enggartiasto Lukita. Foto: Yoga/Rakyat Cirebon 

Usai membuka acara di Desa Tegalwangi Kecamatan Weru, Kamis (11/8), Mendag berjanji akan segera mencari solusi dari permasalahan yang ada.

Berdasarkan informasi yang dihimpun wartawan koran ini, harga garam lokal di Kabupaten Cirebon khususnya, masih belum yang diharapkan para petani.

Sebab, dalam satu tahun terakhir, harga yang diterima para petani hanya Rp150-300/kg saja.
Menyikapi persoalan itu, menteri yang merupakan tokoh Cirebon ini menyatakan, akan mengatasi kondisi petani garam dengan cara mengumpulkan para pengusaha garam untuk membicarakan soal harga garam lokal dan memperbaiki kualitas garam.

“Kita akan ajak pengusaha garam. Kita tidak bisa mengatakan harga dinaikan, tidak mungkin. Tetapi yang bisa kita lakukan yaitu perbaiki kualitas dan harus diserap,” kata menteri yang akrab disapa Enggar ini.

Diakui Enggar, atas perintah langsung Presiden RI Joko Widodo, pihaknya akan meminimalisir garam impor yang masuk ke Indonesia dan jelas-jelas merugikan serta menghancurkan harga garam lokal.

Dengan sejumlah anggaran yang dimiliki oleh kementerian, lanjutnya, terdapat cara yang mungkin bisa dilakukan oleh pihaknya.

“Karena perintah Bapak Presiden atas tiga hal, tersedianya bahan pokok, harga turun, dan hasil produksi dalam negeri harus diserap. Jadi saya harus melaksanakan apa yang diperintahkan Pak Presiden. Uang negara banyak kok. Jadi akan digunakan untuk menyerap garam petani,” ujarnya.

Terkait temuan 30 ribu ton garam impor di Pelabuhan Cirebon beberapa hari lalu, Enggar mengaku, dirinya langsung memerintahkan Dirjen Kementerian Perdagangan RI untuk memeriksa garam impor setelah dirinya mendapatkan informasi terkait temuan garam tersebut.

Hasilnya, kata Enggar, seluruh perizinan sudah ada serta garam itu diketahui untuk industri.

“Jadi, tidak ada keterkaitan antara masuknya garam ini dengan produksi garam rakyat. Tetapi kedepan dengan seluruh komoditi pangan utama kita, kita akan meminta kepada importir untuk memberikan bantuan kepada petani garam untuk meningkatkan kualitasnya dan hasil produksinya harus terserap,” kata Enggar.

Hal seperti itu, aku Enggar, sudah memulai dengan komoditi pangan berupa beras.

Adapun terkait gula, pihaknya akan memberikan kuota impor kepada para importir gula rafinasi, karena ada selisih kebutuhan dengan produksi.

“Dengan catatan, dia harus investasi di tebu, dengan pola intiplasma, demikian juga dengan daging,” kata Enggar. (yog/man)

Sumber: