Pemain Lama Tergeser, Makin Malam Tarif PSK Bisa Rp15 Ribu

Pemain Lama Tergeser, Makin Malam Tarif PSK Bisa Rp15 Ribu

RAKYATCIREBON.CO.ID - Masalah kota tidak lepas dari persoalan sosial, salahsatunya problem “kaki dua” dalam hal ini PSK. Saat ini, cara kerja Pekerja S*ks Komersial (PSK), makin canggih.
\"psk
PSK terjaring razia. Foto: Sudirman/Rakyat Cirebon

Dari yang awalnya mangkal sambil berdiri, naik becak, hingga pola jemput bola, yakni dengan menggunakan motor.

BISA jadi dengan menggunakan sepeda motor jenis matik saat mencari pria hidung belang, para PSK menerapkan slogan lebih cepat lebih baik.

Cepat dapat pelanggan, atau bisa juga cepat kabur saat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Cirebon menggelar razia.

Setiap kali razia di malam hari, Satpol PP cukup kesulitan, hanya mampu menjaring satu atau dua PSK. Terakhir, dari hasil operasi praja wijaya yang merupakan instruksi dari provinsi, Satpol PP hanya berhasil menjaring satu PSK.

“Tiap kali kami razia, ada yang hampir terjaring. Tapi, mereka langsung ngacir kayak kesetanan kalau udah lihat mobil operasi kami,” kata Kasatpol PP Kota Cirebon, Andi Armawan kepada wartawan koran ini, kemarin.

Lantaran para PSK tersebut menggunakan motor matik saat kabur, Andi mengaku, petugasnya enggan melakukan kejar-kejaran, karena khawatir mengakibatkan kecelakaan yang merugikan banyak orang.

“Kalau yang kita amati banyak pemain lama dan juga beberapa pemain baru. Pemain lama ini sedikit demi sedikit kegeser oleh pemain baru,” ujarnya.

Dari data yang dimiliki Satpol PP, sambung Andi, para PSK yang baru itu mayoritas bukan penduduk asli warga Cirebon, alias pendatang dari luar daerah. Andi juga menjelaskan, motor matik yang digunakan oleh para PSK dalam menjajakan birahinya itu merupakan barang sewaan.

Dari hasil interogasi yang dilakukannya dengan sejumlah PSK, motor matik tersebut disewa oleh para PSK dengan tarif Rp50 ribu sampai Rp70 ribu. “Yang ngambil motornya juga itu orang lain, bukan orang yang kami razia,” ungkapnya.

Lebih jauh, dikatakan Andi, di Kota Cirebon ada sejumlah titik yang menjadi wilayah kerja para PSK tersebut, yakni Kalibaru, Terminal, Stasiun, Pamitran, dan Bima serta Taman Krucuk.

Khusus Bima dan Taman Krucuk, menurut Andi, sering dijadikan sebagai tempat indehoy para anak muda. Pasalnya, dua lokasi tersebut minim lampu penerangan.

“Kita juga minta OPD terkait untuk melakukan pengawasan, seperti memberikan PJU atau apa,” ungkapnya. Andi juga mencatat hasil interogasi dari sejumlah PSK. Dari hasil catatatanya itu, ternyata di Kota Cirebon tarif PSK dibanderol mulai dari Rp15 ribu sampai Rp500 ribu.

“Saya juga heran. Ada juga yang pasang tarif Rp15 ribu dari mulai pukul 19.00 WIB sampai pukul 23.00 WIB, harganya turun jadi Rp10 ribu,” ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Cirebon, Sri Maryati mengatakan, penyebaran HIV/AIDS mayoritas dikarenakan prilaku hubungan s*ks yang berisiko.
Dan, penyebaran HIV/AIDS pun cendurung lebih bnyak dilakukan oleh para remaja.

“Yang rentan kita akui adalah komunitas-komunitas remaja. Untuk saat ini memang kita tidak bisa melihat, tapi nanti kita bisa melihatnya pada empat tahun atau dua tahun mendatang. Kasus HIV/AIDS yang tercatat hari ini adalah hasil dari tes pada dua tahun atau empat tahun lalu,” ungkapnya.

Sejumlah komunitas-komunitas yang rentan terkena HIV/AIDS di Kota Cirebon pun sangat banyak. Bahkan anggotanya hingga ribuan. Dari data yang ada di KPA Kota Cirebon, ungkap Sri, komunitas laki-laki suka laki-laki (LSL) anggotanya mencapai 1400 orang.

“Komunitas waria anggotanya mencapai 77 orang. Pencadu narkoba suntik pun terdata, sebanyak 174 orang pecandu,” ungkapnya. Yang terakhir, sambungnya, yang rentan penyabaran HIV/AIDS adalah pelanggan s*ks.

Dari tahun 2009 hingga sekarang, sebut Sri, tercatat lebih dari 9000 orang pelanggan s*ks. 20 persennya adalah remaja. “Penyebaran memang lebih banyak dari hubungan s*ksual,” tandasnya. (man)

Sumber: