RAKYATCIREBON.ID, MAJALENGKA – Orang dengan HIV di Kabupaten Majalengka menjalani hidup dengan rasa tertekan. Alasannya, teman, keluarga maupun tetangga yang terlanjur mengetahui, memandang sebelah mata dirinya dan terkadang mencibir. Jika sudah begitu, rasa percaya diri Orang dengan HIV ini turun.
Adalah HM, perempuan berusia 42 tahun ini sedang berjuang menutupi rahasia terbesar dalam hidupnya. Ia punya dua anak. Anak-anaknya itu tidak mengetahui bahwa dirinya, telah hampir lima tahun divonis positif.
HM tertib menjaga kesehatannya. Setiap hari, tanpa boleh kurang satu menit pun, ia harus minum obat khusus. Alarm sore dan pagi hari, tertanam kuat dalam hati dan memori orang dengan HIV. Mereka tak akan lupa, karena hidupnya tergantung dari rutinitas minum obat itu.
Awalnya, HM berobat ke Puskesmas. Di ruangan tempat pemeriksaan kesehatan itu, hanya beberapa menit setelah diambil sampel darahnya. Petugas yang menangani berbicara serius di ruangan tertutup.
“Waktu itu saya kaget. Tidak terima. Karena mohon maaf, saya bukan Pekerja Seks ataupun berbuat yang aneh-aneh. Kehidupan saya lurus-lurus saja. Ibu rumah tangga yang patuh pada suami. Tetapi kenapa tiba-tiba saya terkena HIV? Ternyata saya tertular dari suami saya,” ungkapnya, Selasa, 18 Oktober 2022.
HM mencoba tegar, namun tetap saja mentalnya terus menerus turun. Untunglah anak dalam kandungannya menjadi motivasi dirinya. Dia harus hidup sehat. Tak boleh seperti ibu kandungnya. Dokter bilang si anak tidak akan tertular, caranya jangan disusui menggunakan ASI. Maka setelah lahir, susu formula diberikan kepada anaknya.
Singkat cerita, HM berbincang dengan suaminya. Sang suami memeriksakan diri. Hasilnya positif. Suaminya pun kini masuk dalam Orang dengan HIV.
“Kata dokter pemeriksa, virus itu berasal dari suami saya yang suka jajan di luaran. Tetapi sudahlah itu mungkin sudah menjadi nasib saya dan suami.” ujarnya.
Orang dengan HIV lainnya di wilayah Kabupaten Majalengka, juga merasakan hal yang sama. Yang satu ini laki-laki. Usianya 35 tahun. Sebut saja dia, TM. Selama ini, TM berhasil menyembunyikan itu semua dari kedua orangtuanya.
TM divonis positif HIV pada Agustus 2016 lalu. Ia jelas berontak tidak terima. Ia sempat dirujuk ke sebuah rumah sakit. Ia pun menghindar. Pria kurus ini terus mengurung diri di kamar kosnya. Ia masih tak terima dengan kondisi tubuhnya yang ada virus mematikan itu.
“Enam tahun saya hidup dengan HIV. Setahun pertama, berat badan saya turun drastis menjadi 39 kilogram. Sangat kurus,” ujarnya, sambil memperlihatkan foto dirinya sewaktu punya badan seberat 39 kilogram.
Setahun terpuruk, tiga temannya yang memahami betul dan selalu melindungi identitasnya, mereka membujuknya untuk selalu rutin memeriksakan kesehatannya. Setelah menjalani pengobatan, tiga bulan berat badannya kembali normal, jadi 60 kilogram.
“Saya disemangati teman-teman. Alhamdulillah, saya kembali sehat. Meski dalam tubuh saya masih ada virus. Obat yang saya minum hanya mencegah perkembangan virusnya saja.” ujarnya lirih.
TM mengaku cukup sulit untuk berhadapan dengan masyarakat. Ia selalu khawatir dan takut, manakala ada orang yang tiba-tiba menudingnya “Orang Dengan HIV” atau perkataan lain yang semakna. Atau sikap dan perilaku yang mencoba menyudutkan dirinya.
“Bahkan ada sebagian orang di instansi kesehatan, ketika tahu saya begini, dia langsung menghindar. Sakit hati saya, kang. Padahal virus ini tidak akan nyebar hanya karena ngobrol atau menyapa,” katanya.