Saat ini pemerintah Indonesia menyimpan koleksi literatur primbon yang dikelola oleh Perpustakaan Nasional. Perpustakaan nasional mengkoleksi berbagai bentuk primbon, antara lain Kitab Ta'bir, Primbon Padhukunan Pal-Palan, Mantra Siwastra Raja, dan Lontarak Bola.
Apa Itu Primbon dalam Sejarah?
Primbon adalah ilmu yang mempelajari tentang meramalkan kejadian di masa depan, kadang-kadang dikenal dengan istilah meramal nasib. Primbon, atau ramalan, telah lama dikaitkan dengan budaya Jawa.
Primbon adalah teknik ramalan tradisional yang berakar pada budaya Jawa. Primbon Jawa mencakup berbagai topik, antara lain meramal, menghitung tanggal keberuntungan, tafsir mimpi, dan adat istiadat Jawa lainnya.
Kegunaan Primbon Jawa
Sebelum mengetahui sejarah dan asal usulnya, kita bisa mengetahui apa itu primbon berdasarkan penerapannya secara umum.
Dalam masyarakat, primbon jawa digunakan untuk berbagai alasan, antara lain untuk ramalan (astrologi, seni ramal tapak tangan, tafsir mimpi).
Misalnya dalam astrologi, karya primbon adalah mempelajari letak benda-benda langit pada masa kelahiran seseorang untuk mengetahui tanda zodiak dan sifat-sifatnya.
Chiromancy, sebaliknya, menafsirkan garis dan bentuk di telapak tangan seseorang untuk mengetahui nasib dan karakteristiknya.
Selain itu primbon juga merupakan pedoman dalam melaksanakan upacara dan kegiatan tertentu. Ritual ini dilakukan untuk mendatangkan keberuntungan atau melindungi diri dari energi negatif. Ini melibatkan melakukan ritual pada acara-acara penting seperti pernikahan, kelahiran, dan pemakaman.
Sejarah Primbon Jawa serta Asal Usulnya
Sejarah primbon jawa merupakan salah satu misteri kebudayaan jawa. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, primbon jawa mengacu pada kitab-kitab yang berisi ramalan, petunjuk, dan petunjuk hidup yang diyakini masyarakat jawa sejak jaman dahulu.
Primbon Jawa berasal dari masa puncak kerajaan Mataram Hindu-Buddha yang berlangsung pada abad ke-8 hingga ke-10 Masehi.
Pada masa itu, kerajaan Mataram sangat penting dalam pembentukan sistem pengetahuan Jawa, termasuk primbon.
Raja dan pemimpin kerajaan menganggap primbon sebagai pedoman untuk mengambil keputusan yang tepat dalam politik, masyarakat, dan bahkan pernikahan.
Pada masa kolonial, pengaruh budaya Eropa sangat menonjol di Jawa, dan primbon lambat laun ditinggalkan. Namun kepercayaan terhadap primbon masih banyak ditemui di pedesaan dan di kalangan lansia yang tetap menjalankan ritual leluhurnya.
Asal usul primbon juga dapat ditelusuri kembali ke kearifan lokal dan sosial dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
Buku primbon pada masa itu sering digunakan untuk membantu menentukan tanggal yang cocok untuk mengadakan upacara atau acara besar seperti perkawinan, pembangunan rumah, atau upacara adat.
Primbon telah mengalami sedikit perubahan dan perubahan sepanjang waktu. Primbon saat ini dapat diakses baik dalam bentuk buku fisik maupun aplikasi online atau halaman web. Akibatnya, primbon lebih mudah diakses oleh individu modern yang ingin memahami nasib atau jalan hidupnya.