Bahkan kata Maemunah, salah satu lulusan SLB di bawah naungan Yayasan Beringin Bhakti berhasil menyelesaikan S1 dan diterima menjadi PNS. "Itu kami bangga, karena mereka sebetulnya punya potensi," katanya.
Pembina Yayasan Beringin Bhakti, Halim Falatehan mengatakan, tantangan terbesar mendampingi anak disabilitas berasal dari kategori tuna grahita atau keterbelakangan mental yang ber-IQ rendah.
Kondisi ini menyulitkan mereka mencerna informasi dan menstimulasinya di dalam otak. Sehingga mereka butuh pendampingan terus menerus dari orang-orang di sekitarnya.
"Target dari suatu panti itu kemandirian peserta didiknya yang semaiksmal mungkin diusahakan walau dengan kondisi yang sulit," kata Halim.
Halim menegaskan, sudah saatnya masyarakat menerima keberadaan penyintas disabilitas. Dengan penerimaan yang tepat, keberadaan mereka justru berdampak positif.
"Maka dari itu hapus stigma negatif bagi penyintas disablitas. Supaya, kelak mereka kembali ke masyarakat, para disabilitas ini dapat diterima dengan baik. (wan)