RAKYATCIREBON.ID, CIREBON – Kualitas pelayanan RSUD Arjawinangun tengah menjadi sorotan. Banyak yang mengeluhkannya.
Dampaknya, terjadi penurunan drastis jumlah kunjungan pasien. Dan rumah sakit plat merah itupun terancam mengalami kebangkrutan.
Hal itu disampaikan Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Cirebon, Aan Setyawan SSi . Selama kata ini dia, banyak keluhan dari masyarakat terkait buruknya pelayanan di RSUD Arjawinangun. Kualitas pelayanannya memble.
Contoh konkret dari keluhan tersebut tutur Aan adalah kasus seorang pasien yang harus menjalani operasi dengan anestesi total. Pasien tersebut langsung dipindahkan ke ruang perawatan meskipun belum sadar sepenuhnya pascaoperasi, tindakan yang dinilai sangat berbahaya.
“Ini menunjukkan ketidakprofesionalan dan kurangnya prosedur yang tepat di rumah sakit ini,” kata Aan, Kamis 1 Agustus 2024.
Politisi PDI Perjuangan itu juga menyoroti kurangnya respon manajemen RSUD Arjawinangun terhadap berbagai rekomendasi peningkatan pelayanan yang disampaikan dalam rapat-rapat dengan DPRD. Menurutnya, jika pelayanan tidak segera diperbaiki, bukan hanya pasien yang dirugikan, tetapi juga pendapatan rumah sakit serta kesejahteraan dokter dan pegawai lainnya.
“Saya mendengar banyak dokter yang ingin mundur karena insentif mereka berkurang seiring menurunnya jumlah pasien,” ujar Aan.
Kata Aan, tahun ini Pemkab Cirebon telah menggelontorkan dana sebesar Rp 15 miliar untuk RSUD Arjawinangun. Hasilnya belum terlihat signifikan. Dana tersebut dialokasikan untuk penambahan lahan sebesar Rp 10 miliar dan pembelian alat kesehatan (Alkes) senilai Rp 5 miliar.
Namun, Aan menganalisis efektivitas penggunaan anggaran tersebut mengingat penurunan jumlah pasien yang terus terjadi.
“Untuk apa menambah lahan jika jumlah pasien terus berkurang? Belum lagi Alkes yang mau ditambah, percuma jika tidak ada pasien,” tandasnya.
Aan mendesak Pemkab Cirebon untuk segera merombak total manajemen RSUD Arjawinangun. Ia menilai, penempatan pegawai selama ini tidak sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan dalam manajemen rumah sakit. Hal ini, menurutnya, menghambat upaya perbaikan pelayanan yang seharusnya menjadi prioritas.
“Di wilayah barat ini, banyak rumah sakit swasta dengan pelayanan yang jauh lebih baik. Jika situasi ini dibiarkan, RSUD Arjawinangun bisa tutup,” tutupnya. (zen)