"Kalau di bulan puasa mobil-mobil passanger itu cepet sekali lagi karena banyak yang butuh buat lebaran. Beda lagi kalau lagi musim panen padi atau musim keramau, mobil pick up yang laris dipakai untuk usaha," ujar dia.
Ikmanto mencontohkan, belum lama ini dia membeli pick up bekas seharga Rp35 juta. Setelah dilakukan perbaikan bodi mobil meliputi pengelasan bak yang bolong dan cat ulang, mobil itu laku Rp47 juta dalam waktu satu minggu setelah pembelian.
"Kalau dihitung modal dari pembelian sama biaya perbaikan itu paling Rp40 juta. Saya bisa jual cepat Rp47 juta. Itu sudah lumayan karena ibaratnya saya jalani usaha ini cuma pakai media sosial," kata dia.
Boleh dibilang segmentasi pasar mobil tua sangat spesifik namun luas. Peminat mobil tua mayoritas berasal kalangan ekonomi menengah ke bawah yang jumlahnya sangat besar di Pulau Jawa.
"Saya geluti usaha ini ya karena modal pas-pasan untuk pengadaan unitnya. Kemudian yang kedua kalau mobil tua itu semua orang bisa beli karena harganya murah," kata dia.
Ikmanto mengatakan, tidak sembarang orang bisa menjalani bisnis mobil tua. Andai salah memperkirakan harga beli, biaya reparasi dan harga jual justru bakal buntung.
Sebab itulah salah satu kunci sukses bisnis mobil tua ialah kemampuan memperkirakan seluruh aspek biaya didasarkan pada kondisi unit. Kiat sukses lainnya tentu saja aspek promosi supaya cepat laku.
Suka Duka Berdua
Menariknya, Ikmanto menjalankan bisnis mobil tuanya bersama sang istri, Tini. Dalam hal pembelian unit, proses reparasi hingga mobil dijual lagi selalu melibatkan Tini.
Tak jarang, Ikmanto dan Tini harus mengambil mobil tua dari luar Jawa Barat seperti Jakarta dan Jawa Tengah. Mereka berangkat satu mobil. Kemudian pulang kembali dengan dua mobil.
"Kalau ada unit di luar kota itu saya sama istri yang ke sana. Berangkatnya bareng satu mobol, pulangnya saya bawa mobil yang baru dibeli istri saya bawa mobil milik pribadi," jelasnya.
Jarak dan waktu yang tak menentu saat pengambilan unit jelas jadi tantangan bagi bisnis mobil tua yang dijalani Ikmanto. Dalam prosesnya ada saja kendala yang muncul.
"Kami pernah ambil unit Tangerang, udah deal sama yang punya. Mobil itu kami bawa pulang tiba-tiba mogok di Tol Cengkareng jam 2 malam. Setelah saya cek ternyata kehabisan air radiator. Akhirnya saya jalan kaki 4 Km untuk mencari bantuan. Istri saya yang nunggu di mobil," kata dia.
Dalam situasi tak terduga seperti itu, Ikmanto mengatakan perlunya memilih provider yang jaringannya merata dan kuat untuk memudahkan pelacakan lokasi dan mencari bantuan.
Empat jam berselang, mesin mobil tua kembali hidup dan bisa lanjut perjalanan pulang. "Untungnya sinya internet saya kuat ya jadi bisa segera mencari bantuan," kata dia.
Tri, Reparasi dan Promosi