CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID -Ketegangan di wilayah perbatasan Israel-Lebanon kembali meningkat setelah sebuah insiden penyerangan terhadap markas pasukan perdamaian PBB terjadi di Lebanon Selatan.
Pada hari Selasa, markas UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) di kota Naqoura menjadi sasaran serangan roket yang mengakibatkan delapan tentara Austria mengalami luka ringan.
Hasil investigasi awal yang dilakukan oleh UNIFIL menunjukkan bahwa serangan berasal dari arah utara.
Terdapat dugaan kuat bahwa serangan ini dilakukan oleh kelompok militan Hezbollah atau kelompok-kelompok afiliasinya.
Peristiwa ini tentu menjadi pukulan telak bagi misi perdamaian PBB yang bertugas mengawasi garis demarkasi antara Israel dan Lebanon.
Kementerian Pertahanan Austria dengan tegas mengecam serangan ini dan menuntut dilakukannya investigasi segera.
Perlu diketahui bahwa Austria menyumbang sekitar 180 tentara dari total 10.000 personel UNIFIL yang bertugas di wilayah tersebut.
Insiden ini bukanlah yang pertama kali terjadi. UNIFIL sebelumnya telah melaporkan lebih dari 20 kali serangan, termasuk tembakan langsung dan insiden penerobosan gerbang markas UNIFIL oleh tank Israel pada 13 Oktober lalu.
Sejak Israel memulai operasi darat di Lebanon pada 1 Oktober, lima personel perdamaian telah terluka.
Pihak Israel menyatakan bahwa pasukan PBB secara tidak langsung menjadi tameng bagi Hezbollah.
Israel bahkan meminta UNIFIL untuk mengevakuasi pasukannya dari Lebanon Selatan demi keselamatan mereka, namun permintaan ini ditolak dengan tegas.
Sementara itu, intensitas serangan udara Israel di Lebanon meningkat tajam dalam sebulan terakhir.
Israel mengklaim menargetkan basis Hezbollah, namun pejabat Lebanon, kelompok HAM, dan warga setempat menganggap serangan tersebut tidak proporsional dan membabi buta.
Situasi ini semakin memperlihatkan kompleksitas konflik di kawasan tersebut dan menunjukkan betapa pentingnya upaya perdamaian yang berkelanjutan di wilayah perbatasan Israel-Lebanon.