CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID - Akses yang menghubungkan Kampung Pesantren, Kelurahan Kalijaga, Kota Cirebon, dengan kawasan Kalijaga Permai-Perumnas lama terputus. Hingga kini cenderung di abaikan. Imbasnya, mobilitas warga jadi terbatas.
Putusnya akses tersebut, lantaran jembatan penghubung yang melintasi Kali Cikenis ambruk dan tak kunjung dibangun kembali. Sehingga, tak bisa lagi dilewati.
Menurut tokoh masyarakat setempat, Dede Muharam, dahulu ada jembatan yang menghubungkan dua kampung. Jembatan itu bahkan dibangun melalui program ABRI Masuk Desa (AMD) pada zamannya.
“Dulunya ini adalah kawasan bersejarah. Ada dua versi cerita di kampung ini kenapa dinamakan Kampung Pesantren,” ujarnya.
Versi pertama awal mula adanya Kampung Pesantren ialah keluarnya Mbah Muqoyyim dari lingkungan Keraton Cirebon, kemudian mengadakan syiar Islam dan menetap di kampung tersebut.
“Makanya di sini dinamakan Kampung Pesantren, karena merupakan petilasan Mbah Muqoyyim sebelum mendirikan pesantren di Buntet,” kata Dede.
Versi kedua ialah adanya Kiai Abdullah yang juga merupakan tokoh agama dalam syiar Islam. Sama seperti Mbah Muqoyyim, Kiai Abdullah juga mengadakan pengajian di kampung Pesantren tersebut.
Jadilah kampung tersebut dinamakan Kampung Pesantren. Lantaran menjadi pusat kegiatan dakwah dua tokoh besar, aktivitas di Kampung Pesantren juga turut ramai.
Maka dari itu, pada zamannya, program AMD membangun jembatan penghubung. Pantauan di lokasi, reruntuhan jembatan masih terlihat.
Bahkan jalan utama kampung masih terhubung hingga Sungai Cikenis. Minus jembatan penghubungnya saja.
Menurut Dede, tokoh masyarakat setempat telah berembuk, menginginkan agar dibangun jembatan di kawasan tersebut. Sehingga, Kampung Pesantren ramai aktivitas masyarakat.