Keterbatasan Penerbangan di Bandara Kertajati Jadi Penghambat Pertumbuhan Ekonomi Cirebon

Senin 17-11-2025,17:19 WIB
Reporter : Indah Tri
Editor : Indah Tri

CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID  - Kepala DKUKMPP Kota Cirebon, Iing Daiman menyatakan kekecewaannya terhadap kondisi Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati yang kini sepi aktivitas penerbangan. Menurutnya, ekspektasi besar yang dulu ditaruh pada bandara tersebut, belum terwujud hingga sekarang.

“Secara pribadi dan kedinasan, kami merasa kecewa. Ekspektasi dibangunnya Bandara Kertajati ini adalah untuk men-trigger roda perekonomian, tidak hanya Kota Cirebon tetapi wilayah Ciayumajakuning secara luas,” katanya saat dihubungi via WhatsApp, kemarin.

Iing menilai, bandara tersebut seharusnya menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru yang mampu membuka ruang besar bagi perkembangan UMKM. Namun, sepinya penerbangan hingga beberapa rute yang hilang membuat potensi itu tidak berkembang.

"Kehadiran bandara sebenarnya bisa menjadi pertumbuhan ekonomi baru yang secara akseleratif, dan bisa membuka peluang dan ruang untuk UMKM terus berkembang," ujarnya.

Menurut Iing, optimalisasi Bandara Kertajati bukan berada di tangan pemerintah daerah, melainkan pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Ia berharap ada kebijakan konkret untuk menghidupkan kembali bandara yang telah menelan biaya pembangunan besar tersebut.

“Bandara sudah lengkap, pembiayaan juga besar. Kami berharap bisa dioptimalisasi kembali, direaktivasi supaya lebih berperan. Tapi itu lebih kepada peran pemerintah pusat dan provinsi,” tuturnya.

Ia mengungkapkan bahwa pihaknya pernah ikut mengisi booth UMKM di area bandara bersama pemerintah provinsi. Namun, upaya tersebut kandas karena menurunnya jumlah penerbangan.

“Karena flight-nya menurun bahkan menghilang, booth itu tidak bisa berkembang,” ungkapnya.

Sementara, Penjabat Sekretaris Daerah (Pj Sekda) Kota Cirebon, Drs Sumantho, menegaskan bahwa aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati hingga saat ini belum memberikan dampak ekonomi berarti bagi Kota Cirebon.

"Sampai saat ini, Kota Cirebon belum ada dampak dari keberadaan Bandara Kertajati," tegasnya saat ditemui Rakyat Cirebon di ruang kerjanya, akhir pekan kemarin.

Menurutnya, kondisi Bandara Kertajati yang kerap tampak kosong bukan semata karena kurangnya minat penumpang, melainkan karena jenis rutenya terbatas.

“Sekarang kosong, tidak ada trip. Apalagi dari Kertajati ke domestik di wilayah nusantara. Artinya, yang domestik itu tidak mungkin orang stay sementara di Kota Cirebon,” ungkapnya.

Ia menilai, keramaian Bandara Kertajati pada musim umrah dan haji sebelumnya pun, tidak memberikan dampak signifikan kepada ekonomi Cirebon.

“Nggak berdampak lah ya. Kecuali kalau ada jenis perjalanan bisnis atau wisata. Nah, baru itu nanti akan berdampak,” ucapnya.

Sumantho menjelaskan, dampak ekonomi baru akan terasa jika penerbangan yang dibuka adalah rute yang berkaitan dengan bisnis dan pariwisata. Penumpang dengan tujuan tersebut cenderung memanfaatkan fasilitas yang ada di daerah sekitar bandara, termasuk Kota Cirebon.

“Kalau untuk bisnis dan wisata, mereka mau bisnis ke mana? Kalau turun di Kertajati, identiknya itu kan wilayah sekitar, seperti Subang, Majalengka, Purwakarta, Indramayu, Brebes, Tegal, bahkan Cirebon dan Kuningan. Nah itu yang dekat. Kota Cirebon nanti kena imbasnya,” tuturnya.

Ia menyebut kemungkinan wisatawan makan, menginap, atau memanfaatkan fasilitas di Kota Cirebon sangat potensial terjadi jika rute-rute tersebut tersedia. "Kemungkinan akan terkena imbasnya ya, jika rute tersebut ada," ujarnya.

Sumantho juga menyoroti salah satu masalah utama Bandara Kertajati, yakni keterbatasan jadwal penerbangan, termasuk pada rute baru seperti Kertajati–Bali. Ia menuturkan, dengan jadwal hanya dua hingga tiga kali sehari, keberlanjutan perjalanan pulang-pergi menjadi tidak terjamin.

“Jangan sampai nanti nggak tersedia seat. Begitu pulang penuh, besoknya penuh lagi. Orang akhirnya mikir, ya sudah balik lagi lewat Jakarta,” tuturnya.

Menurutnya, kunci utama pengembangan Kertajati adalah peningkatan intensitas dan variasi rute penerbangan, khususnya rute yang punya potensi ekonomi.

Di sisi lain, pelaku UMKM yang juga warga Kelurahan Cijati, Kecamatan Majalengka, Deni Ramdani mengaku, sempat berpikir dengan kehadiran Tol Cipali dan BIJB sebagai pintu gerbang Jawa Barat, akan sangat menguntungkan Majalengka. Namun faktanya justru berbeda.

“Para pelaku UMKM Majalengka hanya ingin sekadar berjualan di megahnya lapak BIJB, namun tidak sanggup untuk bersaing. Akhirnya pelaku UMKM lokal kembali gigit jari dan terpinggirkan. Sehingga belum merasakan sepenuhnya dampak yang sesungguhnya dari pembangunan seperti BIJB,” ungkapnya. (its/hsn)

Kategori :